Minggu, 18 November 2012

Kemana Ingatan (Memori) Kita Saat Masih Bayi ?

posted by: Dunia Andromeda
Loading image...
Normalnya, seseorang memang tidak memiliki memori apapun tentang masa kecilnya. Namun itu bukan berarti kita tidak merekam informasi ketika masih bayi.

Alasan kenapa kita tidak ingat memori masih bayi bukan masalah yang harus dikhawatirkan. Sebab saat itu, otak sebenarnya belum berfungsi dengan baik untuk merangkum informasi kompleks yang dikenal dengan memori.

Anak kecil uniknya tetap bisa mengingat hal-hal faktual seperti nama orang tua, cara berterima kasih, dan berpamitan ketika pergi. Semua itu disebut dengan ingatan semantic.

Sementara itu, memori sampai kita berusia 2-4 tahun juga tidak bisa diingat lagi setelah dewasa. Sebab pada masa itu, otak masih kurang mampu menghimpun memori episodic (ingatan tentang detail dan kejadian tertentu).

Memori sendiri sebenarnya disimpan di beberapa bagian dalam otak atau korteks. Misalnya, memori suara diproses di dalam korteks pendengaran pada sisi samping otak. Kemudian memori penglihatan diatur oleh korteks visual di bagian belakang otak. Sementara area otak yang bernama hippocampus berusaha untuk menggabungkan seluruh memori tersebut.

"Anggaplah korteks sebagai setangkai bunga, semuanya ada di kepala kita. Nah, tugas hippocampus adalah menata bunga-bunga itu secara rapi di tengah otak, kemudian mengubahnya menjadi buket yang cantik," terang Patricia Bauer dari Emory University di Atlanta.

Jadi, memori seperti buket yang merupakan sebuah pola saraf yang saling terkait antara bagian otak dan tempat ingatan disimpan.

Lantas apa alasan anak-anak biasanya gagal menyimpan memori? Alasannya adalah saat itu hippocampus masih dalam tahap awal mengumpulkan potongan informasi. Selain itu, memori episodic dianggap tidak terlalu kompleks karena anak masih ada dalam tahap belajar tentang hal-hal yang ada di sekitarnya.

"Menurut saya, tujuan dua tahun pertama seorang anak adalah menguasai pengetahuan semantic dan memori episodic akhirnya diabaikan," tambah psikolog Nora Newcombe dari Temple University di Philadelphia.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...