posted by: Dunia Andromeda
Puteri raja dan dayang |
Petuah mengenai hal prioritas dalam kehidupan.
Dikisahkan, dalam masa dynasty Ming, di suatu kota di Tiongkok,adalah seorang pemuda welas asih, mengikuti pendidikan di sebuah
perguruan. Walau berasal dari desa, ia berpan-dangan luas dan
berpendirian lurus. Melihat kepribadiannya yang baik, dewa-dewa berniat
memberi dukungan kepada Goan, pemuda itu, agar mendapatkan kedudukan
yang baik di pemerintahan, demi perbaikan kehidupan rakyat.
Untuk itu diutuslah salah satu dewa menjelma menjadi manusia untuk
menemui Goan, ke- padanya diserahkan tiga buah amplop tertutup, disertai
pesan untuk membukanya dimana ia menghadapi kesulitan, sesuai dengan
urutan nomor pada amplop, 1, 2 dan 3.
Pada mulanya Goan tidak paham benar akan maksud dari pesan itu, disimpannya saja ke- tiga amplop itu tanpa perhatian serious.
Ujian penerimaan lamaran |
Suatu ketika, Goan bermaksud melamar pe- kerjaan di
pemerintahan, sebagai persyarat- annya ia harus menempuh ujian
penyaringan yang diadakan setahun sekali.
Akan tetapi dimaklumi, untuk lulus dari ujian itu sangat sulit; soal
yang diujikan tidak jelas, sesuka hati panitya ujian. Semua kakak kelas
nya yang mengikuti ujian, tiada yang lulus.
Teringat akan amplop yang disimpan, dibuka nya sebuah yang bernomor 1,
tanpa ekspektasi dibacanya nota yang terdapat di dalamnya: “Lusa, sore
hari, pergilah minum ke rumah teh yang berada dekat persimpangan
jalan.”
“Apa maksud isi surat ini?” Demikian ia membathin tiada mengerti;
tetapi pergi juga ia ke- tempat yang disebut, pada waktu yang
ditentukan, sesuai nota itu. Sejenak ia minum disa- na, terdengar
percakapan dua orang, yang duduk bersebelahan meja dengannya.
“Kabarnya, ujian penerimaan pegawai negeri akan digelar bulan
mendatang? Soal apa yang akan anda berikan pada ujian kali ini?” tanya
seorang kepada yang lain. ”Oh, untuk kali ini, saya sudah mempersiapkan
soal yang tidak kalah sulit dari pada soal tahun lalu!” Demikian jawab
yang ditanya dengan bangga, seraya membeberkan detail soal disertai
jawabannya.
Ternyata, orang itu adalah ketua panitya ujian tahun berjalan. Keruan saja Goan bergirang hati mendapat bocoran soal lengkap dengan jawabnya, segera bergegas, mendaftarkan diri sebagai peserta ujian selagi masih ada waktu.
Dalam pengumuman hasil ujian, Goan satu-satunya calon dari kota itu
yang lulus, tidak mengherankan, angka kelulusan-nya tinggi pula. Ia
diterima sebagai pegawai negeri dengan jabatan setingkat lurah; untuk
meraih kedudukan lebih tinggi dibutuh kan koneksi.
Dua tahun Goan menjabat, menyaksikan banyak warga hidup dibawah garis
kemiskinan, hatinya pilu. Namun apa yang bisa ia perbuat dengan
kedudukan sebagai lurah?
Teringat akan dua amplop yang masih disimpannya. Kali ini di bukanya
amplop bernomor 2: “Pergilah, kunjungi kota tetang- ga minggu depan.”
Demikian isi nota dalam amplop itu.
Hari yang ditentukan, Goan membaur diantara kerumunan di kota
dimaksud, dalam kera- maian mengelu-elukan puteri raja, yang berkenan
berkunjung jelang musim tanam, untuk berdoa bersama warga bagi
keberhasilan panen yang akan datang.
Goan berhasil mendapat posisi disisi pendopo yang dibangun untuk
rombongan puteri, me- nyaksikan dari dekat, kegiatan puteri raja bersama
dayang, selama upacara ritual berjalan. Tanpa diduga, ia sering beradu
pandang dengan sang puteri, keduanya merasa saling jatuh cinta,
dengan perantaraan dayang mereka berkenalan.
Hubungan Goan dengan puteri raja meningkat kepernikahan, dimungkinkan,
karena puteri dilahirkan oleh seorang selir. Walau demikian, Goan
berhasil mendapat kepercayaan istana untuk menjabat sebagai gubernur
propinsi.
Jabatan gubernur mendukung impian Goan mendatangkan kesejahteraan bagi
rakyatnya, ia sangat digandrungi dan dihormati; ia dipertahankan
rakyatnya, memerintah hingga usia sangat lanjut.
Ketika keadaan kesehatannya sangat menurun, tabib yang didatangkan
dari seantero pro- pinsi tiada yang sanggup mengobati; teringat ia akan
amplop yang ketiga. Kali ini nota ber- isikan tulisan: “Bersiaplah,
waktu anda sudah dekat.”
Tiada pilihan lain, Goan mempersiapkan pengalihan kedudukannya kepada
pengganti yang dipilihnya, seorang yang berdedikasi bagi kesejahteraan
rakyat.
Demikian kisah yang merupakan petuah. Dari nota dalam ketiga amplop
itu, dapatkah kita menangkap pesan dari kisah ini? Bagaimana jawab para
pembaca yang budiman?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar