Sabtu, 10 Maret 2012

Sejarah Misteri Penembak Misterius (Petrus)

posted by: Dunia Andromeda
Sejarah Misteri Penembak Misterius (Petrus)

Untitled-1
Artikel ini masih berkaitan dengan artikel Totosociety sebelumnya dengan judul ‘Petrus Solusi Terakhir Berantas Preman?‘. Kali ini saya akan menulis ulang kisah penembakan misterius beberapa tahun lalu. Operasi clurit yang masyarakat awam lebih akrab dengan sebutan Petrus.Tahu 1980-an suasana Yogyakarta tiba-tiba berubah mencekam. Para preman yang saat itu dikenal sebagai gabungan anak liar (Gali) dan menguasai berbagai wilayah operasi tiba-tiba diburu tim OPK aka Operasi Pemberantasan Kejahatan yang kemudian dikenal dengan Petrus atau penembakan misterius. Ketika melakukan aksinya tak jarang suara letusan senjata para penembak misterius terdengar oleh masyarakat sehingga menimbulkan suana mencekam. Mayat dari aksi Petrus itu umumnya mengalami luka di kepala serta leher dan dibuang di lokasi yang mudah ditemukan penduduk. Dan saat mayat ditemukan akan langsung menjadi headline media massa yang terbit di Yogyakarta.

Berita terbunuhnya para tokoh gali itu sontak membuat heboh dan menjadi pembicaraan seantero wilayah DIY hingga pelosok kampung. Meskipun merupakan korban dari penembakan misterius, sudah menjadi rahasia umum warga Yogyakarta saat itu bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh pihak militer. Sasaran penembakan misterius saat itu adalah pentolan-pentolan gali terkenal, yaitu mereka-mereka yang secara terang-terangan menguasai satu lokasi atau daerah, memungut uang keamanan dari daerah itu, bila ada yang melawan bakalan dianiaya di tempat terbuka, merampok dan melakukan kejahatan secara terang-terangan. Polisi setempatpun dibuat hilang nyali oleh tokoh-tokoh gali ini.

Aparat keamanan di Yogyakarta melakukan Operasi Penumpasan Kejahatan (OPK) terhadap para gali ini dikarenakan tindak kejahatan para gali sudah sangat keterlaluan, bahkan masyarakat DIY cenderung lebih takut kepada gali dibanding aparat kepolisian. Turunnya militer dalam operasi OPK diakui sendiri oleh Letkol M. Hasbi yang saat itu sebagai Komandan kodim 0734 yang sekaligus merangkap Kepala Staf Garnisun Yogyakarta.
Korban Petrus


Meskipun cara kerja tim ini tidak pernah diumumkan secara formal namum modus operandinya senderi dapat dikenali dari cara meng-eksekusi para gali. Tim OPK akan melakukan briefing sebagai langkah operasi yang standar, selanjutnya menentukan target, melakukan penyergapan, saat target berhasil ditemukan ada dua opsi: ditembak di tempat itu juga atau dibawa dulu untuk selanjutnya dieksekusi di tempat lain. Selanjutnya mayat korban dimasukkan ke dalam karung atau langsung dilempar di tempat yang mudah di temukan. Esoknya Tim OPK akan mengecek hasil operasinya melalui surat kabar yang terbit pada hari itu sekaligus mengukur tingkat kehebohan masyarakat.

Aksi OPK dengan modus operandi semacam itu dengan cepat menebar teror dan ketegangan bagi para pelaku kejahatan secara nasional, karena korban OPK di kota lain juga mulai berjatuhan. Pentolan-pentolan gali yang selama ini seolah tidak tersentuh berjatuhan dengan luka tembak mematikan di kepala dan leher. OPK secara psikologis mampu menekan angka kriminalitas dengan melakukan pembunuhan secara terang-terangan.


Pada tahun 1982, Presiden Soeharto memberikan penghargaan kepada Kapolda Metro Jaya  Mayjen Pol Anton Soedjarwo atas keberhasilannya membongkar aksi perampokan yang meresahkan masyarakat sekaligus dinilai sukses dalam melancarkan aksi OPK. Pada bulan Maret tahun yang sama pada acara khusus membahas persoalan pertahanan dan keamanan, Rapim ABRI, Presiden meminta secara langsung kepada jajaran Polri —- waktu itu masih menjadi bagian dari ABRI —- untuk mengambil langkah pemberantasan kejahatan secara lebih efektif untuk menekan tingkat kejahatan. 

Permintaan presiden tersebut diulangi dalam pidato resmi kenegaraan pada 16 Agustus 1982. Hal inilah yang menyebabkan Pangkopkamtib Laksamana Soedomo melakukan rapat koordinasi bersama Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta. Dan dari rapat koordinasi ini lahirlah operasi pemberantasan kejahatan yang bersandi Operasi Clurit.Indikator mengapa Operasi Clurit atau Petrus tahun 1982 digelar:
  • Wibawa aparat kepolisian sudah tidak dipandang lagi
  • Kejahatan dilakukan secara terang-terangan dan semakin berani
  • Keresahan masyarakat sudah memuncak
  • Kelompok preman sudah mencapai populasi yang besar sehingga sulit untuk diatur dan dikendalikan
  • Presiden sudah ikut berbicara yang suka tidak suka itu merupakan titah langsung
Sejarah Misteri Penembak Misterius (Petrus) Setelah keputusan untuk melaksanakan Operasi Clurit di Jakarta dan sekitarnya, selanjutnya operasi tersebut diikuti oleh Polri/ABRI di masing-masing provinsi lainnya. Babak baru perang terhadap preman pun dikumandangkan dan korban Operasi Clurit pun mulai berjatuhan.


Petrus di Yogyakarta
Di Yogyakarta selama sebulan OPK telah enam tokoh penjahat tewas terbunuh. Rata-rata mayatnya ditemukan dengan luka tembak mematikan di leher dan kepala. Dua diantara korban OPK yang berhasil diidentifikasi bernama Budi alias Tentrem (29) dan Samudi Blekok alias Black Sam (28). Budi yang terkenal dan ditakuti dengan geng Mawar Irengnya, mayatnya ditemukan dalam parit di tepi jalan daerah Bantul, selatan Yogyakarta, pada tahun 1985. Sedangkan Black Sam aliasr Samudi mayatnya ditemukan  terbujur kaku di semak belukar di kawasan Kotagede yg tidak jauh dari pusat kota Yogyakarta.

Cara membuang dua orang pentolan dunia hitam di Yogyakarta dengan jelas menyiratkan pesan kepada para gali dan bromocorah yang masih hidup untuk segera menyerahkan diri secara baik-baik kepada petugas atau menyusul mati rekan mereka. Benar-benar pesan singkat namun mematikan dan sangat jelas.

Sekitar 60 bromocorah di Yogyakarta yang menjadi korban Petrus selama OPK berlangsung. Beberapa menemui ajal dengan ditembak dan sisanya mati dengan luka senjata tajam. Sejumlah korban bahkan oleh petugas keamanan diumumkan mati karena dikeroyok massa, salah satunya yang diberitakan tewas dikeroyok massa bernama Ismoyo. Seorang seorang bromocorah elite karena merupakan lulusan Fakultas Sosial Politik UGM dan statusnya PNS!!! Gali yang digaji oleh negara…hebat!

Berbeda dengan Ismoyo yang diberitakan tewas akibat dikeroyok massa, Slamet gaplek tewas dengan berondongan 20 peluru yang menerjang tubuh kebalnya. Konon saat masih hidup Slamet gaplek merupakan bromocorah kebal kabacokan tapi tidak dengan peluru tajam ternyata dan tubuhnya yang penuh luka itupun dibuang di tempat yang mudah ditemukan sehingga menjadi shock therapy yang berefek maksimal.


OPK di Semarang
Operasi Pemberantasan Kejahatan di Semarang pada tahun 1983 bisa menunjukkan bahwasanya preman yang dulunya dekat dengan kepentingan politik untuk keperluan politik semisal menjadi pendukung partai tertentu di saat sudah dirasa tidak berguna maka Petruslah jawabannya.
Ilustrasi
Bathi Mulyono salah satu tokoh preman yang dimaksud di atas. Mantan preman ini yang malang -melintang di dunia hitam Semarang saat keluar dari penjara langsung menduduki jabatan sebagai ketua Yayasan Fajar Menyingsing karena statusnya sebagai tokoh preman yang disegani di Semarang. Organisasi massa ini menghimpun ribuan residivis dan pemuda yang ada di kawasan Jawa Tengah. Secara politik Yayasan Fajar Menyingsing cukup berpengaruh dan di-beking oleh para petinggi Jawa Tengah kala itu. Seperti Gubernur Supardjo Rustam, Ketua DPRD Jawa Tengah Widarto dan pengusaha Soetikno Widjoyo.

Secara politik Yayasan Fajar Menyingsing cukup berpengaruh dan di-beking oleh para petinggi Jawa Tengah kala itu. Seperti Gubernur Supardjo Rustam, Ketua DPRD Jawa Tengah Widarto dan pengusaha Soetikno Widjoyo.

Berkat dekat dengan elite kekuasaan di Jawa Tengah itulah Bathi Mulyono mampu membangun dan menjalankan bisnisnya dengan lancar. Bisnisnya dari penyedia jasa keamanan hingga menguasai lahan parkir di Jawa tengah. Tidak hanya itu, hubungan Bathi dengan penguasa juga merambah ke dunia politik. Para elite politik menggunakan jasa preman dari Yayasan Fajar Menyingsing untuk digunakan sebagai kelompok-kelompok milisi yang diberdayakan saat musim kampanye pemilu datang.

Partai Golkar sebagai penggerak politik orde baru kerap menggunakan jasa preman untuk mengamankan jalannya kampanye dan sekaligus menggalang massa. Seperti yang terjadi pada tahu 1982. Saat itu Bathi dan kawan-kawannya mendapat tugas dari Partai Golkar untuk menggalang dan memprovokasi massa Partai Persatuan Pembangunan yang sedang berkampanye di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Betrokpun terjadi dan korban berjatuhan sehingga beberapa orang yang dianggap perusuh tertangkap, namun Bathi dan rekan-rekannya bisa lolos dengan mudah. Insiden ini membuat murka Presiden Soeharto dan menyalahkan petinggi BAKIN, Ali Moertopo.

Berkat perlindungan para elite politik itulah Bathi merasa aman dari colekan aparat keamanan. Namun rasa aman Bathi tidak berlangsung lama ketika OPK yang digelar di Semarang mulai menyasar kawan-kawan dekatnya di Yayasan Fajar Menyingsing, seperti Edy Menpor dan Agus TGW yang hilang secara misterius. Diduga kedua rekan dekat Bathi tersebut hilang akibat korban operasi penembakan misterius, meskipun mungkin dengan agenda yang lain.

Puncaknya terjadi pada tengah malam di bulan Juli 1983. Tiba-tiba dua motor menyalip Bathi yang sedang mengendarai mobilnya melintas di Jalan Kawi, Semarang. Dua peluru menembus bodi mobil namun tidak mengenai Bathi. Karena sadar nyawanya menjadi target Petrus, Bathi segera melarikan diri bersembunyi di Gunung Lawu, gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur. Gunung yang diyakini sebagai petilasan terakhir dari keturunan terakhir Kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya.

Setelah OPK mereda, Bathi baru berani turun gunung dan menjadi salah satu target OPK yang masih hidup hingga kini.Sejarah Misteri Penembak Misterius (Petrus) Operasi Pemberantasan Kejahatan(OPK) tidak hanya menyasar penjahat di Yogyakarta dan Semarang saja, namun juga berlangsung di Ibukota, Jakarta dan kota besar lainnya. Korban OPK di Jakarta dan kota besar lainnya tidak kalah banyaknya kerena banyak mayat korban pembunuhan ditemukan di perbagai tempat di ibukota dan kota lainnya.

Sama dengan kondisi mayat di Yogyakarta dan Semarang, mayat-mayat yang ditemukan di Jakarta juga dalam keadaan tewas dengan luka tembak di kepala, leher dan dada.  Selain itu mayat-mayat tersebut juga dihiasi tato di tubuhnya dan ciri khas lainnya, mayat yang diketemukan di Jakarta kebanyakan mengambang dalam karung yang hanyut di sungai dan dalam kondisi mayat terikat.

Ditinjau dari korban OPK yang merata di kota-kota besar tanah air, ini menunjukkan fakta bahwasanya OPK memang sengaja dilancarkan dengan skala nasional dan ternyata cukup berhasil menumpas angka kejahatan secara telak.

Pada tahun 1983 Petrus berhasil menamatkan riwayat 532 orang pelaku / terduga pelaku tindak kriminal. Dari jumlah tersebut sebanyak 367 orang tewas tertembak. Tahun 1984 angka pembunuhan korban Petrus menurun menjadi 107 orang dan hanya 15 orang yang tewas akibat tembakan, sisanya dengan sebab beragam. Angka ini terus menurun pada tahun 1985, pada tahun ini tercatat 74 korban OPK dan sebanyak 28 orang tewas akibat tembakan. Secara umum kondisi mayat ditemukan dalam keadaan leher dan tangan terikat, mayatnya dimasukin karung dan dibuang di tepi  jalan, depan rumah, dibuang di sungai, kebun atau hutan begitu saja.

Dari ciri khas cara penculikan dan penjemputan korban oleh aparat, cara eksekusi, perlakuan terhadap mayat hingga proses pembuangan memang OPK dilancarkan untuk memberi shock therapy yang sangat efektif. Akibatnya pemberitaan media sangat gencar mengenai operasi Petrus yang sukses membereskan ratusan penjahat dan operasi itu tetaplah sebuah misteri tersendiri.

Benny Moerdani sebagai Panglima Kopkamtib memberikan pernyataan kepada pers bahwa penembakan gelap yang terjadi mungkin akibat dari perkelahian antar geng bandit. Wartawanpun tidak ada yang berani melanjutkan pertanyaan kepada jenderal yang kaya pengalaman tempur ini yang terkenal tegas dan galak. Hal senada juga disampaikan oleh kepala Bakin saat itu, Yoga Soegama “masyarakat tak perlu mempersoalkan para penjahat yang mati misterius”. Wapres H. Adam Malik berpendapat berbeda, ” Jangan mentang-mentang penjahat dekil langsung ditembak, bila perlu diadili hari ini langsung besoknya dieksekusi mati. Jadi syarat sebagai negara hukum sudah terpenuhi. Setiap usaha yang bertentangan dengan hukum akan membawa negara ini pada kehancuran.” Demikian kecamnya.

Ilustrasi Korban Petrus (Majalah Angkasa)
Memang tindakan OPK akhirnya menimbulkan pro dan kontra tidak hanya di kalangan masyarakat namun juga di lingkungan pejabat negara. Pro dan kontra tersebut lebih pada sasaran OPK, bukan bagaimana OPK tersebut dilakukan. Karena menurut pendapat yang kontra, mereka keberatan bila sasaran OPK hanya penjahat kelas teri atau yang hanya memiliki tato tetapi bukan penjahat kakap.

Karena menurut pendapat yang kontra, mereka keberatan bila sasaran OPK hanya penjahat kelas teri atau yang hanya memiliki tato tetapi bukan penjahat kakap.

Pembunuhan selama era OPK sendiri telah menelan korban jiwa sebanyak 3.000 orang. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Belanda, Hans van den Broek dalam kunjungannya ke Jakarta medio awal Januari 1984.Beberapa tahun setelah peristiwa Petrus, Presiden Soeharto justru memberikan uraian tentang latar belakang permasalahan. Dalam bukunya Benny Moerdani hal 512 – 513 Pak Harto berkata: “Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment therapy, tindakan yang tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya harus dengan kekerasan. Tetapi bukan lantas dengan tembakan dor-dor! Begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya mau tidak mau harus ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak. Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bertindak dan mengatasinya.

Tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan. Maka kemudian redalah kejahatan-kejahatan yang menjijikkan itu”. Demikianlah bila seorang jenderal besar berbintang lima sudah bertitah, macam-macam dengan keamanan dalam negeri…DOR!! Besok pagi nama dan jasadnya sudah terpampang di media cetak nasional.  

Sumber: Angkasa Edisi koleksi ‘Delapan operasi Terselubung Paling Menggegerkan’


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...