posted by: Dunia Andromeda
Setiap orang pasti memiliki kehidupan yang diimpikan masing-masing.
Dengan minat dan hasrat yang berbeda, kita semua terus maju ke depan
untuk menjalani kehidupan. Namun, masih ada orang yang masih bingung,
mau kemana sih hidup kita? atau untuk apa hidup kita ini? Nah, kalo mau
tahu, yuk kita pahamin perbedaan tujuan hidup dan makna hidup.
Benang Tipis antara Tujuan Hidup dengan Makna Hidup terletak dari
kesungguhan niat untuk berbagi dengan sesama (sharing to the others).
Secara umum manusia hampir dipastikan memiliki tujuan hidup yang hampir
sama antara satu dengan lainnya, seperti; harta melimpah; rumah, sawah spread
up every where in every location, deposito bejibun tidak
habis 7 turunan, istri cantik full-pressed body yang patuh
pada suami, anak yang sholih/sholihah, bekerja tidak bersusah payah
tetapi besar gajinya dan lain-lain. Itulah alasan mengapa orang dengan
mudah dan lugas akan menjawab ketika ditanyakan: “apa tujuan hidup
saudara?”. Tetapi coba anda rubah pertanyaannya dengan format yang
kurang lebih sama tapi kaya makna, seperti “apa makna hidup buat
saudara?”, saya yakin jawaban yang diberikan tidak akan semudah ia
menjawab pertanyaan “tujuan Hidup” seperti tersebut diatas.
Pertanyaannya mengapa begitu sulit menjawab pertanyaan “apa makna
hidup buat anda?” dengan “apa tujuan hidup anda?”. Jawabannya terletak
pada muatan nilai“value” antara tujuan hidup dan makna hidup,
nilai kemaslahatan dan asas kemanfaatan yang hadir pada masyakarat
dengan eksistensi, kehadiran diri kita yang mempribadi. Mudah saja bagi
orang mencapai kejayaan dan mencapai kekayaan, walau harus diakui upaya
yang dilakukan terkadang dicapai dengan langkah tertatih-tatih bahkan
bisa jadi mereka mencari jalan tercepat mencapai kekayaan dengan
melacurkan harga dirinya dengan tindakan manipulasi anggaran, rekayasa
proyek, mark-up pengeluaran, menistakan harga diri dengan
menjadi mafia anggaran, preman proposal dan calo proyek dari beraneka
ragam kegiatan yang dialokasikan pusat untuk daerah.
Tapi coba Saudara pikir dan renungkan pertanyaan berikut; “mudahkan
membuat membuat teman kita tersenyum?”, atau “mudahkah membuat si miskin
tertawa-tawa bahagia ?”, atau “atau mudahkah kita sebagai pendidik
membuat para siswa, mahasiswa, santri kita bebas menyuarakan aspirasi,
hati nurani tanpa tertekan oleh status “penguasa” yang kita miliki?
Tentu sangat berat jawabannya, disamping itu diperlukan kesabaran diri
serta kemahiran mengesampingkan ego kita sebagai manusia yang seringkali
menjelma menjadi sosok homo homini lupus.
Tujuan hidup kita, saya dan saudara, selalu, selalu dan selalu
individualistik-minded !, pertanyaannya apakah mungkin kita mau merubah
paradigma berpikir dari tujuan hidup ke makna hidup tentunya tanpa
memalingkan diri sepenuhnya dari tujuan hidup kita yang sentralistik dan
individualistik. Memang diperlukan sikap yang bijaksana untuk
memahaminya dan salah satu yang menjadi kekuatan kita dalam mensikapi
hidup adalah karena kita adalah pribadi yang “peduli” dengan orang lain !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar