posted by: Dunia Andromeda
Tukang
parkir terkadang menjadi sosok yang sangat kita butuhkan dan
sebaliknya, bisa menjadi “musuh” yang harus kita hindari. Itulah, meski
labelnya sama yakni “Tukang Parkir”, nyatanya profesi ini memiliki
berbagai macam tipe atau kalau dalam bahasa dunia persilatan adalah
“aliran”. Bak cerita silat, tukang parkir ada yang protagonis, ada pula yang antagonis.
1. Tipe Profesional
Tukang parkir jenis ini pastinya resmi baik yang swasta maupun negeri (kayak sekolahan aja…). Tukang parkir swasta resmi biasanya bernaung di sebuah perusahaan pengelola parkir dan bertugas di gedung-gedung perkantoran mewah, pusat perbelanjaan dan mal. Mereka punya seragam dan tanda pengenal khusus serta bekerja dengan sistem perparkiran yang tertata rapi karena dibantu tekonologi. Sedangkan tukang parkir negeri yang professional biasanya ditandai dengan pemakaian seragam bertugas di areal milik pemerintah. Kalaupun ada penarikan retribusi, mereka ini jujur menarik sesuai tarif di karcis.
2. Tipe Flamboyan
Kalau yang ini meski resmi, terkadang suka mencuri-curi kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Kalau nggak ketahuan, dia berani menilep uang hasil parkir. Lumayanlah kalau ada beberapa lembar karcis yang tak perlu diberikan ke konsumen. Tipe flamboyan juga lebih suka konsumen wanita. Ia akan lebih bersemangat membantu motor atau mobil keluar, jika pengendaranya terlihat cantik dan menarik. Kalau cowok kekar kesulitan ngeluarin motor mah si tukang parkir bakal pura-pura merem.
3. Tipe Preman Ini paling ditakuti, bukan hanya oleh pengguna jasa parkir, bahkan oleh pemilik lahan parkir sekalipun. Tukang parkir bertipe preman bisa mengklaim sebuah lahan yang berpotensi menghasilkan uang seperti halaman minimarket, meskipun sebenarnya si pemilik toko maunya menggratiskan parkir. Pakaiannya biasanya ala rocker yang jarang mandi, ada yang bertatto dan suka pakai asesoris macam anting atau kalung. Tipe preman masih dibagi lagi menjadi preman teroganisir yang memiliki basis kelompok besar yang menjadikan lahan parkir sebagai “jatah preman”, serta tipe preman kampung yang hanya digdaya di kampungnya sendiri dan hanya punya lahan yang sepi, misalnya di warnet kecil ujung gang yang mulai nggak laku.
4. Tipe Musiman
Beti alias beda tipis dengan tipe preman, kalau yang ini biasanya hanya muncul saat ada keramaian seperti panggung dangdut, sepakbola tarkam atau pasar malam. Kalau perlu halaman rumah orang pun disulap jadi lahan parkir. Ongkosnya? Jangan heran kalau bisa sampai tiga kali lipat dari tarif karcis biasa.
Banyak beredar di halaman-halaman toko biasa. Kerjanya cuma duduk-duduk di dekat motor atau mobil yang parkir. Kalau ada yang kerepotan mengeluarkan motor, ia pura-pura nggak lihat. Nah, si tipe pemalas baru bangkit sambil pegang-pegang karcis buluk dan mendekati si pengguna parkir yang sudah duduk manis di jok motor atau mobil. Setelah terima uang tanpa memberikan karcis, dia bakal ngacir entah ke mana.
6. Tipe Berisik
Baginya sempritan alias peluit adalah senjata utama. Saking menghayati tugasnya sebagai tukang parkir, ia bahkan setiap saat nyemprit panjang, praatt… priitttt…. sementara tanganya sibuk mengatur kendaraan yang keluar masuk lahan parkirnya dan akan selalu sigap menyamber lembaran rupiah yang disodorkan padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar