posted by: Dunia Andromeda
Pitung, tokoh terkenal, pahlawan dan sekaligus idola bagi masyarakat Betawi. Kisah Si pitung atau Bang Pitung, hampir disamakan dengan kisah Robin hood, tokoh legenda rakyat Inggris.
Persamaan mereka, selalu membela rakyat kecil yang teraniaya, berikut 5 Alasan Si Pitung Dijadikan Ikon Betawi seperti duniaandromeda.blogspot.com kutip dari .....
1. Ikon Budaya Betawi
Anak Betawi mana yang tidak kenal Pitung? Pitung adalah pendekar yang digambarkan selalu membela kebenaran, dan selalu ada untuk menegakkan keadilan di tanah Betawi. Ikon Pitung yang selalu melekat menjadi sosok pendekar yang yang diyakini ada,dan terus melekat dari zaman ke zaman oleh masyarakat Jakarta. Pitung konon berasal dari Kampong Rawa Belong, Jakarta Barat.
2. Robin Hoodnya Indonesia
Hampir sama dengan kisah Robin Hood, Si Pitung melakukan pemberontakan bersama dengan teman – temannya karena tidak tega melihat rakyat miskin yang tertindas. Untuk itu ia bergerilya, merampas dan merampok harta-benda orang-orang kaya, dan membagikan hasil rampasannya itu kepada rakyat miskin yang memerlukannya. Tak pelak membuat geram pemerintahan Belanda pada waktu itu.
3. Kematian Si Pitung
Berdasarkan cerita rakyat Betawi, Si Pitung mati setelah ditembak dengan peluru emas oleh Schout van Hinne dalam suatu penggerebekan karena dikhianati. Seorang mata-mata telah memberi tahu tempat persembunyiannya. Ia ditembak dengan peluru emas oleh Schout (setara kapolres) karena dikabarkan kebal terhadap peluru biasa. Begitu takutnya Belanda kepada si Pitung, sampai-sampai tempat pemakamannya pun dirahasiakan. Kematian sang jago silat yang menjadi idola masyarakat ini memang dapat menimbulkan pengaruh luas pada waktu itu.
4. Si Pitung, dan Silat Betawi
Si Pitung adalah Jawaranya silat, konon Pitung tidak ada satupun yang dapat mengalahkannya,hampir setiap perkelahiannya dia selalu menang. Awal cerita Sipitung mempelajari ilmu silat adalah ketika Pitung disuruh menjual kambing ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari kediamannya di Rawa Belong ia membawa lima ekor kambing naik gerobak. Ketika dagangannya habis dan hendak pulang, Pitung dibegal oleh beberapa penjahat pasar. Karena takut, ia tidak berani pulang ke rumah. Ia tidur di langgar dan kadang-kadang di kediaman gurunya H Naipin. Ini sudah menjadi tekadnya, tidak akan pulang ke rumah sebelum berhasil menemukan hasil jualan kambingnya. Dengan tekadnya itu, ia makin tekun mendalami ilmu maen pukulan dan ilmu tarekat-nya. Ilmu pukulannya yang bernama aliran Syahbandar menjadi andalannya. Kemudian Pitung melakukan meditasi alias bertapa dengan tahapan berpuasa 40 hari lamanya. Kemudian ia melakukan ngumbara atau perjalanan guna menguji ilmu dan kedikdayaan. Ngumbara dilakukan ke tempat-tempat yang ‘menyeramkan’, yaitu ke tempat-tempat persembunyian kawanan ‘begal’-perampok, pencuri, pencoleng, dan sebangsanya.
Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajarinya disebut Rawa Rontek. Ilmu ini adalah gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Pitung dapat menyerap energi lawan untuk melumpuhkannya. Lawan-lawannya akan dibuat seolah-olah tidak melihat keberadaannya. Karena itu ia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Namun, menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian Rawa Rontek itu, Pitung sebagai jagoan tidak boleh menikah. Maka, sampai akhir hayatnya ketika tewas tertembus mimis (peluru) Belanda, ketika usianya menjelang 40 tahun, Pitung masih tetap membujang. Bujang lapuk istilah populernya.
5. Peninggalan Si Pitung
Sampai sekarang Peninggalan Si Pitung masih terpelihara dan terjaga yaitu terdapat rumah dan masjid lama miliknya, Anda yang mau melihat dan berkunjung disana anda bisa berkunjung yaitu tepatnya di daerah Rawa Belong, Jakarta Barat. Anda akan menjadi saksi sejarah peninggalan Sipitung yang melegenda dan sebagai sosok pembela kebenaran yang selalu dikenang dari masa kemasa.
Artikel ini dipersembahkan untuk kota HUT Jakarta ke -485.
Selamat Ulang Tahun Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar