posted by: Dunia Andromeda
Adalah
seorang penakluk yang dianggap terbesar dalam sejarah. Dialah Timur
Leng (1336-1405 M), yang juga mendapat julukan “Tamerlane”, sang
penakluk dunia. Selain Jengis Jhan, dialah satu-satunya penakluk yang
mampu menjelajahi daratan sangat luas, mulai dari Pantai pasifik di
Timur hingga ke pinggir Sungai Don di Barat.Penaklukan dahsyat yang ia
lakukan berhasil melumpuhkan dua Raja besar pada zamannya, Sultan Turki,
Bayazid Yiddrim, dan Kaisar Mongol, Toktamish. Yang juga adalah cucu
Jengis Khan.
Menurut para sejarawan, prestasi Timur Leng jauh lebih
unggul dibanding Jengis Khan. Kaisar Mongol yang bengis ini yang tidak
pernah menghadapi pasukan yang kuat di daratan Rusia,
sementara Timur berhadapan dengan pasukan yang sangat kuat yang dipimpin oleh Kaisar Toktamish.
Kurang
lebih 550 tahun silam, adalah seorang lelaki yang berusaha menjadikan
dirinya sebagi penguasa dunia, tulis sejarawan terkemuka Inggris Harorld
Lamb dalam bukunya, Tamerlane Sang Pengguncang dunia. Segala sesuatu
yang diusahakan selalu berhasil, sehingga orang menyebutnya sebagai
“Tamerlane” sang penakluk dunia.
Ia dilahirkan pada 8 April 1336 M/25
Sya’ban 736 H di kota Hijau. Ia adalah anak Taragai, kepala suku Barlas
di Uzbekistan, Asia tengah sekarang. Taragai, sang ayah kabarnya masih
keturunan Karachar Noyan, kerabat Jagatai, anak Jengis Khan. Tapi Timur
Leng, sering disebut sebagai keturunan Jengis Khan. Belakangan ia masuk
Islam dan berpaham Syiah. Ada yang bilang ia menganut tarekat
Naqsyabandiyah.
Di masa kecil ia tidak punya apa-apa, kecuali seekor
lembu. Tapi yang istimewa, bersama ayahandanya ia biasa menghabiskan
waktunya bersama-sama orang suci. Ayahandanyalah yang mengajarkan Islam
kepada anaknya ini. Suatu hari ayahandanya berkata, “Dunia ini tidak
lebih baik ketimbang sebuah Jambangan bunga emas yang penuh berisi
Kalajengking dan Naga.” Itulah pandangan hidup ayahandanya tentang
dunia, yang terpatri kuat dalam sanubari Timur Leng.
Sejak kecil ia
sudah menampakkan watak sebagai orang besar. Ia sangat tidak menyukai
perbuatan-perbuatan bodoh. Itu sebabnya selama hidupnya ia tidak pernah
punya waktu untuk bergurau. Meski sebagai lelaki ia sangat kaku, tapi ia
sangat pemberani dan cerdas. Barangkali itu pula sebabnya ia berhasil
mengawini gadis cantik bernama Alji Khatun Agha.
Ketika usianya baru
12 tahun, ia sudah terlibat dalam sejumlah peperangan. Ketika
ayahandanya meninggal, ia bergabung dengan pasukan Amir Qaghazan, sampai
Gubernur Tansoxiana itu meninggal. Suatu ketika pasukan Tughluk Timur
khan menyerbu dan Timur Leng menghadangnya. Ia bertempur dengan gagah
berani, sehingga mengundang simpati Tughluk, musuhnya. karena itu, ia
direkrut Tughluk sebagai komandan pasukannya. Namun belakangan
memberontak setelah Tughluk mengangkat anaknya, Ilyas Khoja, sebagai
Gubernur Samarkand, sementara ia hanya sebagai pejabat biasa.
Tak
lama kemudian ia bergabung dengan Amir Husain, cucu Qaghazan. Dengan
mengendarai kuda perkasa yang gagah berani ia menyerang Tughluk dan
Ilyas Khoja. Keduanya tewas, sementara pasukan Tughluk tunggang langgang
melarikan diri. Setelah berhasil memenangkan perang, pada 10 April 1370
para Ulama mengangkat Timur Leng sebagai komandan bangsa Tartar.
“Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di muka bumi
seharusnya juga hanya ada satu Raja,” kata Timur Leng seusai dilantik.
Di
awal karirnya sebagai komandan tentara tartar, ia berhasil merebut kota
Hijau dengan taktik tipu muslihat. Mula-mula ia menyusupkan pasukan
kecil disekeliling kota. Setelah mengusai medan, mereka menebang
dahan-dahan pohon di pinggir-pinggir jalan dan membakarnya. Karuan saja,
dalam waktu singkat hal itu menimbulkan kobaran api dan tebaran abu
yang luas. Melihat itu Jenderal Jat yang menjaga kota Hijau mengira,
mereka diserang oleh pasukan yang berkekuatan sangat besar. Mereka
ketakutan dan akhirnya menyerah.
Pada saat yang bersamaan, pasukan
Timur Leng, menyusup ke perkemahan tentara kota Hijau yang dipimpin oleh
Bikijuk. Mereka menyalakan api besar disekeliling kemah. Melihat api
berkobar dimana-mana, musuh pun ketakutan, hingga mereka melarikan diri
sebelum fajar menyingsing. Pada saat itulah sebagian pasukan Timur Leng
menyerang dari belakang.
Setelah itu Timur Leng juga berhasil merebut
Heart, sebuah kota penting yang dihuni seperempat juta orang yang
memiliki beberapa lembaga pendidikan. Ketika itu ancaman terbesar bagi
bangsa Tatar adalah orang-orang Mongol yang terkenal dengan sebutan
“Gerombolan Emas”. Gerombolan ini dipimpin oleh anak cucu Jengis Khan
yang ketika itu tengah berada di puncak kejayaan. Mereka berkeliaran
disepanjang dataran Siberia yang berbatasan dengan padang Tundra yang
luas di utara.
Terkadang mereka turun mengganggu sampai
ke wilayah-wilayah kekuasaan bangsa tartar. Orang-orang mongol termasuk
sangat lihai menunggang kuda dengan kecepatan luar biasa. Gerombolan ini
dipimpin oleh Toktamish, pengeran berhati jahat yang pernah minta
perlindungan kepada Timur Leng, dan meninggalkan Urus Khan, pimpinan
bangsa Mongolia. Saat itu Toktamish mengincar kekuasaan Tartar.
Suatu
hari di musim dingin, bersama sebuah pasukan besar. Toktamish menyusup
ke sekitar sungai Syr Darya, tapi penyusupan itu diketahui oleh
intelejen Timur Leng. Para penasehatnya menyarankan agar Timur Leng
menunggu sampai pasukannya yang saat itu tersebar berkumpul kembali.
Tapi Timur Leng menolak. Ia pergi sendiri memimpin pasukan yang terdiri
dari resimen-resimen kecil.
Dengan mengendarai kuda, di bawah hujan
dan salju, pasukannya menyerang pos-pos luar gerombolan Toktamish dan
merangsek masuk ke perkemahan mereka. Manuver yang taktis ini membuat
pasukan Toktamish mundur tergesa-gesa. Timur Leng memang lebih yakin
dengan taktik menyerang ketimbang bertahan. Karena itu ia memutuskan
menyerang gerombolan emas tersebut.
Tak lama kemudian bersama pasukan
besarnya, ia melaju munuju Rusia melalui padang rumput Sitepa. Inilah
sebuah petualangan antara hidup dan mati, menempuh perjalanan 1.800 mil
dalam waktu 18 minggu, lambat laun pasukannya kehabisan tenaga karena
kekurangan perbekalan. Sementara pasukan Toktamish terus menghindar dan
bergerak jauh ke utara, masuk ke dalam rimba yang dingin. Namun mereka
tercengang menyaksikan betapa pasukan Timur Leng yang gigih terus
bergerak ditengah semakin menipisnya perbekalan dan dilanda kelelahan.
Suatu
pagi, Timur Leng membagi pasukannya dalam tujuh divisi yang dipimpin
oleh anak-anaknya sendiri, didampingi beberapa jenderal yang
berpengalaman. Ia sendiri memimpin divisi sentral bersama para veteran
perang, dan jenderal-jenderalnya. Serangan pertama dilancarkan, dipimpin
oleh komandan bernama Syaifuddin. Sementara divisi sentral
diperintahkannya terus maju dibawah pimpinan putranya sendiri, Miran
Shah.
Pasukan ini menggempur habis-habisan pasukan Toktamish, dan
Toktamish lari tunggang langgang, Timur Leng terus mengejar Gerombolan
Emas yang meninggalkan barang rampasan cukup banyak. Beberapa hari
kemudian Timur Leng menggempur Serai dan Astara Khan di kawasan sungai
Volga. Dan akhirnya terbayarlah dendamnya terhadap Toktamish yang pernah
membakar kota Bukhara.
Timur Leng kemudian merangsek disepanjang
sungai Don dan akhirnya menginjakkan kakinya di Moskwa tanpa hambatan.
Para bangsawan dari kekaisaran Rusia lari tunggang langgang. Tak lama
kemudian Timur Leng pulang, tanpa sempat masuk ke kota Moskwa. Dalam
perjalanan pulang, ia menggempur benteng batu yang disebut Takrit milik
bangsa Georgia di Rusia bagian selatan yang suka berperang. Pasukan
Timur Leng berusaha menaklukkan benteng Takrit dengan memanjat tali,
akhirnya benteng yang dibangun di atas puncak bukit karang itu bisa
dikuasai.
Sasaran selanjutnya adalah Persia. Ia tiba di Persia pada
tahun 1386 M dengan sejumlah besar prajurit. Ia sempat menyelesaikan
pertikaian antara para pangeran Kesultanan Persia yang dipimpin oleh
Sultan Muzaffar. Suatu ketika Sultan Mansur, salah seorang putra
mahkota, membunuh beberapa orang kepala suku Tartar, mendorong pasukan
Tartar merebut Isfahan. Semua putra mahkota menyerah, kecuali Mansur,
yang melarikan diri ke pegunungan. Tak beberapa lama kemudian, Ziraz pun
ditalukkan. Disini ia bertemu dengan Hafizd, penyair Persia yang sangat
terkenal.
Selama musim semi tahun 1399, Timur Leng
menyerbu India melalui Khayber Pass. Ia hanya menghadapi perlawanan
kecil, pasukannya terus merangsek ke Delhi tanpa kesulitan. Selesai
dengan urusan di India, ia pulang dengan membawa pasukan gajah dan 200
orang tukang batu untuk membangun fondasi masjid Samarkand. Tak lama
kemudian Timur Leng merebut Bagdad dengan kekerasan.
Setelah
itu ia mulai mengincar kekaisaran Turki. Mula-mula ia menulis surat
kepada kaisar Turki, Bayazid Yildrim, minta agar Kaisar tidak membantu
Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad dari Bagdad. Bayazid membalas surat itu
dengan kalimat-kalimat yang bernada sombong dan tidak sopan. Karuan saja
Timur Leng berang. Tapi ia tidak segera menyerang Bayazid, karena
menyadari dikelilingi oleh banyak musuh dari segenap penjuru. Ia
bertekad menghancurkan mereka satu persatu. Mula-mula ia bergerak menuju
Syria, menaklukkan suku Turkoman di selatan Rusia. Setelah itu ia
melumpuhkan Sultan Mamluk dari Mesir dekat Allepo, kemudian bergerak ke
Damaskus.
Pasukan Timur Leng bahkan mengejar pasukan Mesir sampai
keluar Palestina. Divisi yang lain bergerak menuju Bagdad. Dalam waktu
hanya 14 bulan, ia telah melancarkan dua perang besar, beberapa perang
kecil , dan merebut hampir selusin kota yang dibentengi tembok batu yang
kokoh. Ia berhasil menghancurkan sekutu Bayazid. Merasa terancam oleh
agresi Timur Leng pada awal 1402, Bayazid mengerahkan kekuatan sebanyak
200.000 prajurit.
Sebelum menyerang Bayazid yang berkuasa di Turki,
Timur Leng mempelajari geografi daerah-daerah yang akan diserangnya.
Ternyata daerah itu tidak cocok untuk pasukan kavaleri. Ia lalu bergerak
ke selatan dan terus maju menyisir sepanjang lembah sungai Halys.
Disana ia mengatur dua siasat. Melepas kuda sambil menunggu untuk
menyerang, atau maju terus menjelajah. Timur Leng memilih taktik kedua:
memaksa pasukan Turki menunggu sedemikian rupa agar senantiasa mengikuti
gerak-geriknya.
Tentara Turki yang kebanyakan pasukan Invanteri itu
cepat merasa lelah. Bayazid pun mengikuti perjalanan Timur Leng,
berjalan cepat selama seminggu, sehingga lelah, haus dan lapar. Akhirnya
Timur Leng menduduki pangkalan utama pasukan Bayazid yang menyimpan
persediaan makanan dan minuman. Maka buru-buru Bayazid menyerang,
sementara pasukan Tartar yang tangguh bertahan sekuat tenaga, dan
akhirnya Bayazid pun menyerah.
Sultan Turki, Bayazid itu pun di bawa
kehadapan Timur Leng yang menerimanya dengan penuh hormat,
mendudukkannya di sampingnya. Istri dan jubahnya dikembalikan kepada
Bayazid. Selepas menaklukkan Bayazid, Timur Leng bergerak menuju Smima,
sebuah kota kecil yang dikenal sebagai gerbang masuk ke Eropa. Tak tahan
menghadapi pasukan Timur Leng, pasukan Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad
dari Bagdad menyingkir ke Arabia dan Mesir. Belakangan Sultan Mamluk
dari Mesir dan beberapa Raja dan kaisar dari Eropa buru-buru menyatakan
tunduk dan setia. Mereka bersedia membayar upeti tahunan.
Kini Timur
Leng bertekad mewujudkan ambisinya yang terakhir: menaklukkan Cina,
dengan menaklukkan negeri ini, ia menganggap dirinya sebagai penakluk
terbesar yang mampu menundukkan kekuatan paling besar di dunia. “Kita
telah menaklukkan seluruh daratan Asia kecuali Cina. Anda semua menjadi
sahabatku dalam peperangan dan tak pernah gagal merebut kemenangan.
Untuk merebut Cina, tak begitu banyak kekuatan yang kita butuhkan,” kata
Timur Leng kepada Dewan Putra Mahkota.
Dengan membawa seperempat
juta prajurit, ia menyerbu Cina. Saat itu kebetulan musim dingin sedang
mencapai puncaknya. Meski demikian. Ia maju terus. Pasukan Tartar itu
tiba di Ortar dengan selamat untuk beristirahat selama musim dingin yang
menggigit. Sesudah musim dingin reda, ia akan melanjutkan penyerbuan.
Tapi sayang pada bulan Maret 1405, ia meninggal dunia. Penyerbuan ke
Cina pun urung. Dan pasukan Taratr pun dengan serta merta menyerah
kepada Kaisar Cina.
Begitu pemimpin besar Tartar itu wafat,
terjadilah perebutan kekuasaan diantara anak-anaknya: Muhammad Jehanekir
dan Khalil. Setelah bertempur hebat Khalil menang. Namun tidak beberapa
lama ia dikudeta oleh saudaranya yang lain, Syekh Rukh (1405-1447).
Syekh Rukh dan anaknya Ulugh Bey (1447-1449), memerintah negeri Tartar
dengan cukup bijak. Ilmu pengetahuan kembali berkembang. Namun tidak
lama kemudian, pada tahun 1469 kekuasaan keluarga Timur Leng itupun
ambruk.
Timur Leng sesungguhnya bukan hanya seorang Kaisar penakluk
kawasan yang luas di Asia dan Eropa, melainkan juga seorang pemimpin
yang cinta ilmu, seni dan kebudayaan. Ia menyemarakkan kota asalnya,
Samarkand dengan Istana, gedung dan Taman-Taman yang megah dan indah,
dengan jalan-jalan yang lebar. Ia juga membangun sebuah masjid raya
hanya dalam waktu sebulan sebagai pusat ilmu dan kebudayaan. Ia pun
mengembangkan gaya arsitektur baru dengan selera tinggi.
Ketika itu,
bisnis dan perdagangan juga berkembang pesat. Samarkand dan Tabriz
menjelma menjadi pusat perdagangan besar di dunia Timur. Rute
perdagangan antar benua yang telah diblokir selama ratusan tahun dibuka
kembali. Timur Leng juga mengentaskan orang-orang miskin. Ia mendirikan
rumah-rumah sederhana untuk menampung orang-orang cacat dan lemah.
Wilayah kekuasaannya juga dibersihkan dari perampok dan pencuri. Para
Hakim dan Komandan tentara bertanggung jawab terhadap keamanan di daerah
masing-masing.
Meski dikenal sebagai pemimpin besar, Timur Leng
adalah orang yang sangat sederhana, dan suka berterus terang. Ia sangat
tidak menyukai sikap sombong, kebiasaan pesta pora. Ia tidak pernah
memakai gelar kebesaran sebagai Kaisar. Dalam surat menyurat, ia lebih
suka menggunakan kalimat seperti, “Saya, Timur, Pengabdi Allah,
menyatakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar