posted by: Dunia Andromeda
Di
jaman dahulu ada seorang tua di kota Basra – Iraq yang memiliki seorang
anak laki-laki yang cerdas, ganteng dlsb, - anak harapan orang tua.
Untuk memenuhi harapan orang tua ini, anak tersebut dikirim ke kota
Bagdad – menempuh perjalanan sekitar 545 km dengan berjalan kaki – untuk
bisa belajar dengan ulama terkenal saat itu. Karena jauhnya perjalanan
ini, anak tersebut baru pulang setelah seluruh ilmu yang dimiliki oleh
sang guru diajarkan kepadanya selama bertahun-tahun kemudian.
Ketika dia pulang, ayahnya yang sudah semakin tua menungguinya di depan pintu. Karena kerinduan yang luar biasa dipeluknya erat-erat anak satu-satunya yang disayanginya ini, kemudian si ayah bertanya : " Apa yang sudah kamu pelajari dari sang guru selama bertahun-tahun ini ?". Anaknya menjawab, bahwa dia sudah diajari seluruh ilmu yang dimiliki oleh sang guru – kemudian dia menjelaskan detilnya.
Setelah anaknya selesai menjelaskan semuanya, sang ayah berkata : "Gurumu baru mengajarkan ilmu yang dia bisa ajarkan, segera kamu balik menemui dia lagi untuk minta ditunjukkan jalan ilmu yang tidak bisa dia ajarkan…".
Maka sang anak yang patuh ini, balik menempuh perjalanan 545 km lagi untuk menemui sang guru. Ketika bertemu sang guru dan menyampaikan pesan ayahnya, sang guru yang masyhur tersebut langsung paham apa yang dimaksudkan oleh ayah dari sang murid ini.
Sang
guru berkata : "aku punya 300 ekor kambing di sekitar sini, kamu
kumpulkan kambing tersebut dan kamu bawa ke Jabal Kumar" , kemudian dia
melanjutkan "kamu jangan balik kesini, kecuali kambing tersebut telah
menjadi 1000 ekor".
Maka
dengan susah payah pemuda berilmu ini mengumpulkan 300 ekor kambing
yang bertebaran di sekitar kediaman sang guru. Lebih susah lagi dia
harus menggiring 300 ekor kambing ini, menempuh perjalanan sekitar 150
km untuk sampai ke Jabal Kumar.
Setiap
saat sebagian kambing sudah berjalan ke arah yang benar, yang lainnya
berlarian menyebar atau bahkan ke arah balik ke Bagdad. Maka perlu waktu
berbulan-bulan untuk bisa membawa seluruh kambing ini sampai ke Jabal
Kumar.
Berbulan-bulan
pula pemuda ini tidak bertemu dengan manusia lain, temannya hanya
kambing-kambing yang dia tidak mengerti bahasanya dan
kambing-kambing-pun tentu tidak mengerti bahasa dia. Setiap kali dia
rindu untuk berbicara, dia menjadi seperti orang gila yang berbicara
dengan kambing.
Ternyata
dalam kesunyian tidak berbicara dengan siapapun inilah pemuda tersebut
mulai belajar ilmu yang tidak bisa diajarkan itu. Dia berusaha memahami
alam, dimana ada rumput, dimana ada air, dimana dia bisa berteduh dari
panas, dengan apa dia menghangatkan tubuh di waktu dingin dlsb.
Dia
juga belajar berinteraksi dengan makhluk lain tanpa harus berbicara.
Dia menjadi paham apa kemauan para kambing ini, dan para kambing-pun
nampaknya menjadi paham apa arahan pemuda yang kini telah menjadi
penggembala tersebut.
Setelah
dua tahun berlalu, kambing-kambing inipun telah mencapai seribu.
Waktunya kini menggiring balik 1000 kambing menempuh perjalanan 150 km
menuju kota Bagdad. Hanya saja perjalanan balik ini menjadi jauh lebih
ringan karena adanya komunikasi tanpa bicara dengan para kambing
tersebut, dan si pemuda juga telah belajar ilmu yang tidak bisa
diajarkan oleh siapapun.
Perjalanan
pemuda mulai dari mengumpulkan 300 kambing yang bertebaran,
menggiringnya untuk menempuh perjalanan panjang menuju Jabal Kumar,
menjadikannya 1000 kambing – itulah esensi dari perjalanan para
entrepreneur.
Calon
entrepreneur harus bisa mengumpulkan seluruh resources yang berserakan,
kemudian mengarahkan resources tersebut untuk menggapai tujuan yang dia
hendak capai. Mengumpulkan dan mengarahkan resources ini bukan jalan
yang mudah, karena meskipun mereka manusia – mereka punya keinginan
sendiri-sendiri.
Meskipun
resources tersebut dari bangsa yang sama yaitu manusia dan juga
berbicara dengan bahasa yang sama, tidak jarang terjadi miskomunikasi
antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Mayoritas kerjasama usaha
justru gagal karena gagalnya komunikasi antar para pihak ini. Ketika
komunikasi ini gagal, para pihak-pun akan saling menyalahkan dengan
ungkapan yang umum "lebih mudah bicara dengan kambing dari pada dengan
dia…!".
Hanya
bila komunikasi berjalan mulus, semua pihak bisa saling memahami
keinginan dan kebutuhannya, mendengarkan satu sama lain, menyepakati
arah yang sama dlsb – usaha baru bisa berjalan menggapai tujuannya.
Sebesar
apapun usaha ini nantinya, asal para pelakunya bisa saling belajar
sesuatu yang tidak bisa diajarkan oleh siapapun, dalam hal trust,
understanding, kesamaan visi dlsb. usaha insyaAllah akan mudah
dikendalikan. Kriteria untuk melihat hasil dari kerjasama ini juga
mudah, yaitu ketika 300 ekor kambing telah menjadi 1000 ekor kambing !.
InsyaAllah.
Ketika dia pulang, ayahnya yang sudah semakin tua menungguinya di depan pintu. Karena kerinduan yang luar biasa dipeluknya erat-erat anak satu-satunya yang disayanginya ini, kemudian si ayah bertanya : " Apa yang sudah kamu pelajari dari sang guru selama bertahun-tahun ini ?". Anaknya menjawab, bahwa dia sudah diajari seluruh ilmu yang dimiliki oleh sang guru – kemudian dia menjelaskan detilnya.
Setelah anaknya selesai menjelaskan semuanya, sang ayah berkata : "Gurumu baru mengajarkan ilmu yang dia bisa ajarkan, segera kamu balik menemui dia lagi untuk minta ditunjukkan jalan ilmu yang tidak bisa dia ajarkan…".
Maka sang anak yang patuh ini, balik menempuh perjalanan 545 km lagi untuk menemui sang guru. Ketika bertemu sang guru dan menyampaikan pesan ayahnya, sang guru yang masyhur tersebut langsung paham apa yang dimaksudkan oleh ayah dari sang murid ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar