posted by: Dunia Andromeda
Tengkorak yang ada di Londa sampai berlumut
Objek-objek wisata di Tana Toraja memang kebanyakan hanya berkutat
antara Tongkonan dan kuburan. Di Ke’te’ Kesu’ Anda bisa melihat Tongkonan dan
kuburan sekaligus. Begitu pula di Buntu Pune meskipun dengan ukuran Tongkonan yang
lebih kecil. Kalau sudah puas menjelajahi Buntu Pune dan Ke’te’ Kesu’
silahkan mengarahkan kendaraan kembali ke arah pertigaan Karassik,
kemudian belok kiri melewati jalan utama ke arah Makale.
Tidak begitu
jauh maka Anda akan menemukan plang bertuliskan “Londa” di sebelah kiri.
Itu merupakan objek wisata lain yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Ikuti saja jalan kecil ke arah Londa tersebut. Jalannya memang kurang
meyakinkan karena tidak terlalu besar dan sepi. Kanan-kiri jalan hanya
berupa pepohonan yang rimbun. Beberapa bagian jalan juga berlubang
sehingga Anda harus berhati-hati saat melewati jalan ini.
Saya sampai di Londa saat masih pagi. Toko-toko souvenir juga baru saja
membuka lapaknya. Harusnya disini membayar tiket, tapi karena masih pagi
belum ada petugas yang berjaga. Alhamdulillah dapet gratisan. Begitu
sampai di Londa ada seorang pemuda yang menawarkan jasa lampu petromak
kepada saya. Katanya bisa digunakan untuk penerangan saat masuk ke goa.
Sebelumnya saya hanya tahu kalau Londa adalah sejenis kuburan saja, saya
tidak tahu kalau disana terdapat goanya. Untuk sementara saya tolak
dulu tawaran pemuda tersebut karena saya ingin melihat-lihat Londa dari
dekat terlebih dahulu. Seperti apakah Londa?
Tengkorak dan tulang-tulang yang berserakan
Seperti yang terlihat di hadapan saya, Londa merupakan kuburan yang
sebenarnya mirip dengan apa yang ada di Ke’te’ Kesu’ maupun Buntu Pune. Bedanya kalau di dua tempat yang saya
sebutkan tadi terdapat Tongkonan, di Londa tidak ada. Disana hanya ada
kuburan saja. Peti-peti mayat (Erong) diletakkan dengan cara digantung
pada dinding tebing. Biasanya penyangga Erong ini hanya menggunakan
bambu. Bentuk Erong juga sama seperti di Ke’te’ Kesu’ dan Buntu Pune
yaitu bentuk perahu, kepala babi, dan kepala kerbau. Bentuk perahu mirip
seperti rumah adat Toraja (Tongkonan) yang dipercaya bahwa nenek moyang
orang Toraja adalah pelaut dari utara. Bentuk perahu sekaligus
merupakan bentuk persembahan kepada leluhur, sedangkan bentuk kepala
kerbau melambangkan bahwa yang di dalamnya seorang pria, dan bentuk
kepala babi melambangkan bahwa yang berada di dalam Erong tersebut
seorang wanita.
Cara peletakan Erong yang ada di atas ini dilakukan dengan memanjat
tebing. Semakin di atas posisi Erong, semakin menunjukkan derajat
seseorang. Biasanya Erong yang diletakkan di atas itu merupakan milik
bangsawan. Kaya atau miskin orang Toraja baru bisa dinilai saat sudah
meninggal dunia. Umumnya orang yang kaya akan memotong kerbau dalam
jumlah yang cukup banyak. Selain itu dalam proses penguburannya akan
menggunakan keranda yang berbentuk Tongkonan. Sementara bagi yang miskin
biasanya keranda yang digunakan hanya terbuat dari bambu yang disusun
saja. Saat masih hidup, paling mudah melihat kaya atau miskinnya orang
Toraja adalah dari rumahnya. Konon yang sudah memiliki Tongkonan
merupakan bangsawan karena untuk membuat rumah Tongkonan harganya cukup
mahal bisa antara 100-300 juta.
Lalu apa yang menyeramkan dari Londa? Kalau Anda perhatikan akan ada
banyak sekali tengkorak dan tulang-belulang yang berhamburan di bawah.
Tulang-tulang itu hanya berserakan begitu saja. Tulang dan tengkorak ini
biasanya berasal dari peti di atas yang jatuh karena rapuh. Menurut
adat Toraja, jika ada peti yang jatuh maka tulang maupun tengkorak dan
lain sebagainya tidak boleh dipindahkan tanpa persetujuan adat. Tulan
dan tengkorak yang berserakan baru bisa dipindahkan setelah diadakan
upacara adat. Jadi hati-hati ya jangan sampai menginjak tulang dan
tengkorak itu.
Erong (peti mati) yang digantung di dinding tebing
Peti mati dan tengkorak-tengkorak dalam goa
Rupanya peti-peti mayat (Erong) yang ada di Londa tidak hanya ditaruh di
atas tebing saja. Ada cukup banyak peti juga yang ditaruh di dalam goa.
Nah inilah yang membuat adrenalin agak meningkat. Pagi itu hanya saya
saja pengunjung yang datang ke Londa. Mungkin karena kepagian jadi belum
ada pengunjung lain yang datang. Saya kepengen sekali masuk ke goa,
tapi tadi saya sudah menolak jasa penyewaan petromak. Otomatis pemuda
tadi tidak mengikuti saya. Saya di Londa benar-benar seorang diri. Atas
dasar kenekatan, saya beranikan masuk ke goa seorang diri dengan modal
penerangan dari layar handphone.
Sensasinya luar biasa!! Sekilas
terlihat deretan peti-peti mayat dalam goa. Tidak ketinggalan juga
beberapa tengkorak yang berjejer membuat badan merinding. Dengan
hati-hati saya berjalan agar tidak menginjak tengkorak yang mungkin ada
di dasar goa. Sesekali saya gunakan kamera saya untuk mengabadikan foto
dalam goa. Dan hasilnya ternyata lumayan.. Lumayan menyeramkan!
Tengkorak-tengkorak yang semula tidak dapat saya lihat bisa ter-capture
dengan jelas. Ada yang tergeletak begitu saja, ada juga yang terselip di
sela-sela dinding goa. Karena merinding segera saya keluar dari goa.
Setelah saya keluar dari goa barulah ada seorang bapak-bapak yang datang
ke area kuburan. Rupanya beliau membuka tutup tempat Tau-Tau disimpan.
Tau-Tau merupakan bentuk manifestasi dari mayat-mayat yang ada disana.
Menurut info dari si bapak, Tau-Tau ini adalah milik para bangsawan.
Tau-Tau harus disimpan dalam satu tempat dan akan dikunci pada pukul
18.00. Hal ini dilakukan untuk menghindari aksi pencurian Tau-Tau
mengingat harga Tau-Tau sendiri bisa dibilang cukup mahal. Biaya
pembuatan satu buah Tau-Tau saja bisa mencapai puluhan juta.
Tau-Tau sebagai manifestasi orang yang sudah meninggal
dunia
Masih menurut info dari si bapak tadi, di Londa tidak hanya digunakan
untuk mayat-mayat yang berusia lama, tetapi juga digunakan untuk
menyimpan mayat-mayat yang masih baru. Di dalam goa ada mayat yang baru
dua tahun meninggal bertuliskan tahun 2010. Bahkan katanya ada juga yang
baru berumur satu bulan yang diletakkan di atas tebing. Yang
mengherankan sekaligus menakjubkan, disana tidak akan tercium bau mayat
sama sekali kok. Jadi nggak perlu risau yah.
Saran saya kalau mau masuk
goa mending sewa lampu petromak saja. Harga sewanya 25.000 sekaligus
mendapatkan penjelasan secara rinci mengenai Londa dari pemilik lampu.
Yah hitung-hitung sewa lampu sekaligus guide kan? Satu lagi, lebih baik
kalau ke Londa jangan terlalu pagi maupun terlalu sore. Nggak enak juga
kan ke kuburan saat sepi sekali di pagi hari dimana belum ada pengunjung
lain yang datang atau sore hari saat matahari sudah terbenam. Gimana,
tertarik ke Londa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar