posted by: Dunia Andromeda
Jakarta – Keberadaan percandian Muarajambi saat ini mulai disesaki dengan berdirinya Industri Crude Palm Oil (CPO), terminal batubara, penambangan emas dan koral. Kawasan percandian ini sebenarnya telah terdaftar sebagai world heritage UNESCO.
Percandian berada di Desa Muara Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Kawasan ini juga telah ditetapkan oleh Presiden SBY sekitar 2011 lalu sebagai kawasan wisata sejarah terpadu.
Penelitian Ketua Ikatan Ahli
Arkeologi Indonesia (IAAI), Junus Satrio Atmodjo menemukan, Muarajambi
lokasinya memanjang sejajar dengan Sungai Batanghari menempati tanggul
alam purba yang terbentuk sebagai hasil pengendapan materi sungai selama
ribuan tahun sebelum dihabitasi oleh manusia.
Ketika sejarah dan ilmu arkeologi berbicara keistimewaanya, ditemukan bahwa Percandian Muarajambi berhubungan erat dengan kebangkitan ajaran Tantrayana di Tibet. Kawasan ini awalnya juga disebut sebagai tempat pendidikan Budhisme di Asia setelah Nalanda di India.
Pada abad 7 sampai 14, orang-orang India dan di Asia menamakannya
sebagai Swarnabhumi atau Swarnadwipa atau pulau
Sumatera. Bangsa Tibet menyebutnya dengan nama Sherling-pa.
Adapun I-Tsing menyebutnya kerajaan Sriwijaya yang kemudian
diterjemahkan percandian Muarajambi.
“Mulai abad 7 sampai 14 dia menjadi pusat agama Budha yang terkenal, buktinya ada, itu pentingnya,” ujar Bapak Arkeolog Indonesia, Prof. Dr. Mundardjito saat berbincang dengan Erabaru.net, Kamis (9/2).
Sejarah tersebut menyebut Dipamkara Srijnana (Atisa) menerima Upadesa dari Bodhicitta dari seorang guru bernama Dharmakirti di Suvarnadvipa. Dipampakara belajar kepada Dharmakirti selama 12 tahun tentang Bodhicitta, pranidhana dan avatara.
Kemudian Atisa setelah menyelesaikan
belajarnya di Swarnabhumi, dia lalu diminta Raja Tibet untuk
mengembangkan hasil pendidikan dan pengajaran selama di Swarnabhumi
untuk rakyat Tibet.
“Sejak itulah Tibet mengalami perkembangan
kebudayaan dan ajaran Budhisme Tibet yang berkembang hingga saat ini,”
jelas pak Oti panggilan akrab Mundardjito.Seperti dikatakan Dalai Lama XIV Tibet Tenzin, hubungan pengajaran Tantra Tibet yang mulai berkembang sejak dahulu berkaitan dengan Indonesia. Pada zaman dahulu disebut dengan Swarnadwipa, Pulau Emas yang berarti adalah pulau sumatera pada saat ini.
Dalai Lama XIV Tibet Tenzin mengatakan, “Sekitar 1.000 tahun lalu, pada abad ke-10, seorang guru besar dari India mengunjungi Swarnadwipa, Pulau Emas dan menimba ilmu. Orang suci dari India itu kemudian diundang ke Tibet untuk mengajarkan ilmunya di sana,” kata Dalai Lama XIV.
Tulisan pendeta Buddha dari Dinasti Tang, I-Tsing mengatakan kawasan percandian Muarajambi masa lalu sebagai tempat pengajaran Budhisme untuk mempersiapkan diri sebelum belajar ke Nalanda, India. Nalanda adalah pusat pendidikan ajaran Buddha dari tahun 427 sampai 1197 sesudah masehi.
“Jika biarawan dari Cina ingin pergi ke India untuk mendengarkan
ajaran-ajaran dan mempelajari kitab-kitab ajaran, sebaiknya ia tinggal
di sini (Sriwijaya) selama satu atau dua tahun untuk mempersiapkan dan
melatih diri tentang cara-cara/aturan-aturan yang benar sebelum menuju
India,” tulis I-Tsing.
Benda purbakala di percandian Muarajambi yang ditemukan adalah bangunan-bangunan kuno dari bata seperti di Candi Tinggi, Candi Gumpung, Candi Astano, Candi Kembarbatu, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Tinggi I, dan Candi Kedaton, Candi Teluk, Kota Mahligai, dan Bukit Perak, dan 82 reruntuhan bangunan yang oleh penduduk lokal disebut menapo.
“Bangunan kuno Percandian Muarajambi setelah diteliti, sangat mendekati dengan sumber-sumber asing seperti yang ditulis I-Tsing,” ungkap profesor pendiri Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.
Peninggalan kawasan percandian Muarajambi dari bangunan, sisa pemukiman, bangunan pendukung lainnya pada masa lalu mempunyai peranan penting sebagai interaksi ilmu pengetahuan dan kebudayaan tidak hanya antar suku bangsa di nusantara, namun juga bangsa-bangsa di Asia Tenggara, India, Tibet dan China.
“Yang berkembang di Jambi awalnya adalah sekte Tantrayana, yang dibawa diantaranya Atisha, jadi Jambi dan Sumatera cikal bakal dari Tantra yang berkembang di Tibet,” kata Ketua Ahli Ikatan Arkeologi Indonesia, Junus Satrio.
Sejarah yang demikian
bagus dimiliki oleh percandian Muarajambi, apakah kemudian dirusak
dengan kepentingan bisnis. Ini sama halnya dengan menghilangkan
keberadaan Jambi dari peradaban dunia.
“Apakah kita mau menghapus dari wajah dunia, hanya pengusaha
ini tidak sampai kesana, dapat duit ya selesai,kalau sudah rusak yang
mengembalikan siapa?,” ujar Satrio.
Menurut Satrio, kemampuan negara memelihara kawasan Muarajambi tidak bisa disamkan dengan kecepatan kerusakan bangunan candi. Sisa-sisa tertinggal hanya dalam bentuk lingkungan mikro. Adapun yang sulit dipertahankan adalah bukti tempat tinggal dan ruang aktivitas penghuni kuno Muarajambi.
Oleh
karena itu upaya pelindungan kawasan Muarajambi dan sekitarnya akan
memberikan implikasi penting pagi penulisan sejarah Kabupaten Muarojambi
maupun Jambi dalam konteks yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar