posted by: Dunia Andromeda
Ilustrasi |
Warga India cenderung memilih anak lelaki, sehingga populasi
perempuan terus menyusut karena sering diaborsi sejak dalam kandungan.
Akibatnya muncul praktik saling meminjamkan istri karena tak semua
lelaki bisa dapat pasangan sendiri.
Praktik semacam ini bisa ditemui di distrik Baghpat, negara bagian
Uttar Pradesh yang terletak di wilayah India bagian utara. Salah satu
korbannya adalah Munni, perempuan berusia 40-an tahun yang sehari-hari
harus melayani hingga 3 orang lelaki.
Munni bukan seorang pekerja seks, ia adalah ibu rumah tangga biasa
seperti halnya para perempuan di belahan dunia lain. Bedanya, selain
melayani suaminya sendiri ia juga harus menjadi istri 2 saudara iparnya
yang semuanya tidak beruntung mendapatkan istri sendiri.
Sebagai istri pinjaman, Munni juga harus memberikan kepuasan lahir
batin kepada kedua saudara iparnya ini dan melayaninya seperti suami
sendiri. Karena itu dalam sehari, ia harus berperan sebagai istri dari 3
lelaki sekaligus meski statusnya hanya sebagai pinjaman.
“Suami saya dan orangtuanya menyuruh saya melayani kedua saudara ipar
saya, siang malam dan kapanpun mereka mau. Kalau menolak saya dipukul,”
ungkap Munni yang telah memiliki 3 anak hasil kerjasama para suaminya,
seperti dikutip dari Reuters, Rabu (2/11/2011).
Diyakini, kasus yang menimpa Munni juga dialami banyak perempuan lain
di Baghpat hanya saja tidak ada yang berani melapor karena perempuan di
wilayah itu diharamkan keluar rumah sendirian. Munni sendiri baru
berani berbagi cerita setelah didatangi para pekerja sosial.
Menurut para pekerja sosial yang kini mendampingi Munni, tradisi
meminjamkan istri marak di wilayah miskin seperti Baghpat. Pemicunya
adalah populasi perempuan yang makin menyusut, akibat praktik aborsi
yang sering dilakukan terhadap janin perempuan.
Dugaan ini diperkuat oleh data sensus terbaru yang
dilakukan pemerintah setempat. Pada tahun 2011, perbandingan jenis
kelamin di distrik Baghpat tercatat hanya 858 perempuan tiap 1.000
lelaki sementara rasio nasionalnya adalah 940 perempuan tiap 1.000
lelaki.
Angka kelahiran bayi perempuan di wilayah ini juga tercatat semakin
sedikit dari tahun ke tahun. Sepanjang tahun 2011 hanya ada 837
kelahiran bayi perempuan, padahal 10 tahun sebelumnya yakni pada 2001
angkanya masih mencapai 850 kelahiran bayi perempuan.
“Kami telah menyaksikan sendiri dampak terburuk dari menyusutnya
populasi perempuan di beberapa lingkungan masyarakat,” ungkap Bhagyashri
Dengle, direktur eksekutif Plan India, sebuah organisasi sosial yang
mendampingi Munni dan korban-korban tradisi meminjamkan istri lainnya.
Dalam tradisi sebagian masyarakat India, kelahiran bayi laki-laki
memang dianggap membawa keberuntungan dan berkah bagi orangtua ketika
mulai memasuki usia lanjut. Karena itu praktik aborsi ilegal marak
dilakukan, khususnya terhadap janin perempuan.
Tak heran jika populasi perempuan di wilayah tersebut makin menyusut.
Akibatnya bukan membawa keberuntungan, kondisi ini justru menciptakan
penderitaan bagi para lelaki yang tidak mendapat pasangan maupun para
perempuan yang terpaksa dijadikan istri pinjaman.
“Di tiap desa paling tidak ada 5-6 bujangan yang tidak mendapat
pasangan. Bahkan di wilayah lain, dalam satu keluarga bisa ada 3-4 anak
laki-laki yang tidak pernah menikah. Ini masalah yang sangat serius,”
tutur Shri Chand (57 tahun), seorang pensiunan polisi di Baghpat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar