posted by: Dunia Andromeda
Dengan penuh
semangat ia mengumpulkan kayu kering, mematahkan ranting menjadi
potongan-potongan kecil dan menumpuknya dengan hati-hati. Kemudian, ia
menyalakan korek api dengan cermat agar tidak membakar dirinya sendiri
dan bersiap-siap untuk menggoreng.
Seperti seorang
koki pria, Kanzi gemar bermain-main dengan barbekyu. Namun, luar
biasanya ia bukanlah manusia karena Kanzi merupakan seekor bonobo, atau
simpanse pigmi.
Meskipun kera dan
simpanse diketahui menggunakan ranting dan daun sebagai alat, namun
tidak pernah menunjukkan keterampilan tersebut untuk memasak makanan
mereka.
Kanzi yang
berusia 31 tahun ini adalah salah satu dari delapan bonobo dalam
perawatan Dr Sue Savage-Rumbaugh, salah satu ahli terkemuka di dunia dalam
perilaku dan bahasa kera. Dan ia percaya bahwa ketertarikan Kanzi pada
api mengungkapkan kecerdasan yang mendalam.
kanzi sedang
membawa ranselnya
mematahkan
ranting agar sesuai dengan ukuran yang diinginkan
kanzi mencari
tempat yang cocok untuk menyalakan api
menyusun tumpukan
ranting dengan hati-hati
“Kanzi membuat
api karena ia menginginkannya. Ketika masih sangat muda Ia menonton film
Quest For Fire yang menunjukkan manusia purba berjuang untuk
mengendalikan api. Dia terpesona dengan itu dan menontonnya hingga
ratusan kali.” tutur Dr Savage-Rumbaugh, dari Great Ape Trust, di Des
Moines, Illinois yang dikutip Mail Online.
Ia juga terpesona
oleh api unggun yang dibuat sang penjaganya untuk memasak makanan. Yang
mendorong ia untuk berinteraksi dengan manusia dan menyalinnya. Pada
usia lima tahun, ia mampu membuat tumpukan kecil dari ranting kering.
dengan cermat
Kanzi menyalkan korek api agar tidak terbakar
Menunggu : dengan
pandangan yang puas, Kanzi memperhatikan api yang baru saja selesai
dibuatnya
kanzi menyiapkan
panggangan
Waktunya memasak :
kanzi meletakkan penggorengan dan siap untuk memasak
Simpanse jantan
ini kemudian diajarkan untuk menggunakan korek api, sebuah keterampilan
yang dengan cepat ia pelajari. Namun ada sesuatu yang unik ketika
menonton Kanzi menyalakan korek api, dimana cara ia memegang api dengan
hati-hati agar tidak membakar dirinya sendiri, dan ini merupakan prilaku
yang sangat manusiawi.
Kanzi (yang
berarti ‘Harta Karun’ dalam bahasa Swahili) tidak tinggal mendekat untuk
memastikan api tetap menyala, tapi ia menambahkan kayu kedalam api
dengan cara melemparkannnya kejauhan. Bahkan Kanzi telah belajar memasak
dimana ia mengambil marshmallow, menempatkannya di ujung ranting dan
membakarnya dengan hati-hati di atas api, memastikan marshmallow
tersebut tidak hangus.
kanzi menujukkan
keahliannya memasak makanan
sebagai penutup,
kanzi memanggang marshmallow
Selain itu, Ia
dapat menggunakan wajan penggorengan di atas api dan memasak hamburger.
Setelah ia selesai menggunakan api tersebut, Dr Savage-Rumbaugh meminta
Kanzi untuk memadamkan api dengan menggunakan sebotol air dan ia
kemudian menuangkan cairan tersebut di atas api sampai padam.
kanzi menikmati
marshmallow
Sekarang Kanzi
juga menurunkan keterampilan bagi kera-kera lain. Dimana Teco putranya,
yang juga tinggal di pusat penelitian yang sama,
memperhatikan Kanzi saat ia memecahkan masalah, dan para peneliti
percaya mungkin Teco juga akan belajar untuk membuat api.
Simpanse seberat
75-kg ini adalah kera yang paling cerdas di Great Ape Trust. Bersama
dengan dua kera lain ia menggunakan keyboard kertas untuk berkomunikasi
dengan Dr Savage-Rumbaugh dan rekannya Liz Pugh.
Dalam percakapan
dengan para peneliti ia menunjuk simbol, yang dikenal sebagai lexigrams,
pada keyboard yang mewakili kata yang berbeda. Dia telah belajar untuk
‘mengatakan’ sekitar 500 kata melalui keyboard, dan memahami 3.000 kata
yang diucapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar