posted by: Dunia Andromeda
Kelompok
Persaudaraan Ular ini oleh para sejarawan Barat sendiri diyakini
berada di balik rezim-rezim besar penentang para Nabi Allah SWT. Mereka
inilah para pendeta tertinggi Amon yang berada di balik kekuasaan
represif Fir’aun, mereka pula yang membunuh para Nabi Allah, mereka
inilah yang menghasut Herodes agar mengejar Nabi Isa a.s., mereka pula
yang menghasut Paus Urbanus II agar mengibarkan bendera perang salib,
mereka pula yang mendirikan Ordo Sion, Knights Templar, Freemasonry,
dan sekarang mengejawantah dalam gerakan Zionisme, di mana kitab setan
yang bernama Talmud menjadi kitab suci mereka.
Pernahkah
Anda memikirkan gerangan apa yang menyebabkan suku-suku dan
bangsa-bangsa kuno yang tersebar di berbagai pelosok dunia, berjauhan
jarak beda benua, dipisahkan samudera raya, di saat listrik belum
ditemukan, belum ada teve, radio, apalagi internet dan satelit, namun
mereka yang tersebar tersebut telah memiliki ritual dan ‘tuhan’ yang
nyaris sama? Mereka menyembah tuhan yang semuanya bercirikan api,
tentunya dengan berbagai nama dan simbol, namun pada hakikatnya adalah
satu. Mari kita simak beberapa contoh kecil dari peradaban kuno dunia
yang terserak di berbagai belahan bumi:
-Di
Irak sejarah mencatat seorang raja pertama di bumi yang bernama
Namrudz (atau Nimrodz). Selain raja pertama, sejarah juga mencatat
Namrudz sebagai manusia pertama yang melakukan incest dengan mengawini
ibu kandungnya yang bernama Semiramis. Di zaman kekuasaan Namrudz
inilah lagi-lagi sejarah mencatat dibentuknya institusi kepolisian yang
diperintahkan oleh Namrudz untuk memata-matai Nabi Ibrahim as. Raja
yang bertahta di Babylonia ini masih keturunan dari Nabi Nuh a.s. dari
Kusy.
Dalam
zamannya, penyembahan terhadap matahari merupakan salah satu ritual
penting. Ritual Namrudz inilah yang diadopsi menjadi ritual bangsa pagan
Roma Kuno dan berabad kemudian diadopsi jadi penyembahan Dewa Matahari
yang dilakukan setiap 25 Desember. Hari penyembahan Dewa Matahari (The
Sun of God) dilakukan setiap hari Minggu (Sun-Day) disebut sebagai
Kebaktian. Inilah cikal bakal kebaktian dari umat kristiani.
-Di
Persia, hidup pula kaum Majusi yang dikenal sebagai suatu kaum
penyembah Api (Zoroasterian), yang disimbolkan sebagai Tuhan Matahari
(Ahuramazda).
-Di
Mesir berkuasa Dinasti Pharaoh atau Fir’aun. Di Mesir kuno, kita akan
melihat banyak sekali kemiripan pola ritual dengan Raja Namrudz yang
banyak memiliki ritual penyembahan terhadap Tuhan Matahari. Fir’aun
sendiri menyebut dirinya sebagai Raja Cahaya. Di Mesir ini, Dewa
Matahari disebut sebagai Ra.
-Di
Amerika Selatan yang ribuan mil jauhnya dari Jazirah Arab dan Persia,
suku Inca, suku Maya, dan suku Aztec, mereka semua juga memiliki ritual
penyembahan terhadap Dewa Matahari terdapat Kuil Matahari. Suku Inca
menyebut Dewa Matahari dengan istilah Inti, suku Aztec menamakannya
Virachocha, dan suku Maya menamakan Dewa Matahari dengan sebutan
Kukulchan.
Karena
banyaknya kemiripan ritual-ritual di ketiga suku besar Amerika Selatan
ini dengan ritual Mesir kuno, seperti membangun piramida, pembalseman
mayat raja dan pangeran menjadi mumi, dan juga penyembahan terhadap
Dewa Matahari, maka banyak sejarawan menganggap ada orang dari Mesir
Kuno yang pernah berkunjung ke Amerika Selatan. Hal ini masih sebatas
dugaan.
-Kaum Syirian (Suriah) kuno juga
mengenal Dewa Matahari yang disebutnya Adonis dan Atis.
-Di
India, masyarakatnya sampai sekarang masih mempercayai Dewa-Dewi yang
disebutnya Btara dan Btari. Salah satunya adalah Btara Indra atau juga
disebut Btara Surya yang merupakan Dewa Matahari.
Tentara
Iblis
Karena
peradaban umat manusia berawal dari Tanah Arab dan sekitarnya, maka
penelusuran yang bijak tentang asal-muasal ritual tersebut di atas juga
harus dilacak dari wilayah ini.
Di
muka telah disebutkan jika Adam-Hawa diikuti iblis turun ke bumi. Adam
dan Hawa bertemu dan beranak-pinak. Sedangkan Iblis terus menghasut
anak cucu Adam agar mau dijadikan bala-tentaranya yang memiliki satu
tujuan: memalingkan manusia dari ketauhidan.
Disebabkan
ritual kelompok iblis ini senantiasa mempergunakan simbol ular, maka
sejarawan J. Robinson yang banyak melakukan penelusuran tentang
kelompok-kelompok rahasia kuno menyebut kelompok ini sebagai Brotherhood
of the Snake atau Kelompok Persaudaraan Ular.
Maka
sejarah akan selalu dihiasi dengan konflik dan peperangan antara
kelompok yang menyerukan ketauhidan dengan kelompok yang berusaha
menentangnya. Antara al-haq melawan al-bathil. Antara pengikut Adam a.s.
melawan kelompok Iblis. High Priestess Maxine Dietrich dalam
artikelnya berjudul Teachings of Ancient Egypt: The Brotherhood of the
Snake (2002) menulis, “Setan membentuk kelompok Persaudaraan Ular bagi
para manusia pengikutnya agar mereka bisa merasakan kondisi kejiwaan
dan spiritualitas tingkat tertinggi.”
Kelompok
Persaudaraan Ular ini oleh para sejarawan Barat sendiri diyakini
berada di balik rezim-rezim besar penentang para Nabi Allah SWT. Mereka
inilah para pendeta tertinggi Amon yang berada di balik kekuasaan
represif Fir’aun, mereka pula yang membunuh para Nabi Allah, mereka
inilah yang menghasut Herodes agar mengejar Nabi Isa a.s., mereka pula
yang menghasut Paus Urbanus II agar mengibarkan bendera perang salib,
mereka pula yang mendirikan Ordo Sion, Knights Templar, Freemasonry,
dan sekarang mengejawantah dalam gerakan Zionisme, di mana kitab setan
yang bernama Talmud menjadi kitab suci mereka.
Asal-usul
kelompok ini sangat gelap. Namun sejarah mulai menemukan titik terang
tatkala Bani Israil banyak melakukan apa yang telah mereka lakukan.
Terlebih dalam perjalanannya selama berabad-abad, kaum ini
mewarisi seluruh cirri-ciri, cara pandang, sikap hidup, ideologi, dan
segala hal yang tadinya dimiliki oleh kelompok pemuja setan tersebut.
Kitab suci al-Qur’an banyak sekali memaparkan tindak-tanduk kaum ini dan
menyematkan berbagai nama bagi mereka yang keseluruhannya mengacu
kepada pembangkangan terhadap ketauhidan.
Dan
seperti yang sudah ditoreh dalam lembaran sejarah berabad-abad
lamanya, tonggak kehadiran kaum ini bisa dilihat dalam suatu episode
kehidupan sekelompok umat manusia di Pegunungan Harran, Irak Utara, di
saat Nabi Ibrahim a.s. hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar