posted by: Dunia Andromeda
Di sebuah pesisir pantai di nusa tenggara timur hiduplah 2 orang sahabat yang sudah sangat akrab dan tidak akan pernah terpisahkan kecuali waktu yang memisahkan mereka. Mereka berdua adalah perempuan dan seorang pria, yang perempuan bernama neysa dan yang pria bernama tegar. Mereka berdua adalah sejak kecil bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Karena dari kecil neysa telah dirawat oleh keluarga tegar, karena kedua orang tua neysa telah meninggal sejak neysa masih berumur 5 tahun karena tenggelam dilaut.
Saat itu kedua orang tua neysa sedang berlayar di laut untuk mencari ikan, padahal saat itu sedang terjadi badai di daerah pantai itu. Namun mereka tidak memperdulikannya dan tetap berlayar, naas mereka pun meninggal karena perahu yang mereka tumpangi terombang ambing di tengah laut karena badai yang cukup besar. Semenjak itu neysa dirawat oleh keluarga tegar, mereka adalah sebaya yang sama sama berumur 17 tahun saat ini. Namun neysa kurang beruntung karena dia tidak memiliki fisik yang sempurna seperti yang lain,
dia lahir dengan mata yang tidak bisa melihat. Setiap hari yang menuntun dan menemani dia beraktivitas adalah tegar sahabatnya itu. Mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi, karena tegar telah berjanji akan selalu menjaga neysa sebelum kedua orang tuanya meninggal.
Suatu hari mereka berdua bermain bersama di pesisir pantai, tegar selalu menemaninya bermain. Neysa berkata pada tegar “gar aku pingin banget bisa ngeliat dunia kaya kamu” “sabar ya nes suatu saat aku yakin kamu juga pasti bisa melihat keindahan dunia kog” jawab tegar. “tapi kapan gar ? aku bosan selalu kaya gini, selalu nyusahin kamu” kata neysa. “jangan bilang gitu dong nes, aku tidak pernah merasa direpotin sama kamu kog, aku malah seneng punya sahabat kaya kamu” jawab tegar. “makasih ya gar udh mau selalu ada di samping aku buat nemenin aku setiap hari kaya gini, aku seneng banget bisa jalan jalan terus merasakan udara segar diluar karena kamu” “ya nes sama sama” jawab tegar seraya menuntun neysa menuju ke pantai. Setelah sampai di sebuah tempat untuk berlabuh kapan sementara tegar mengajak neysa duduk disana dan bercerita.
“nes” panggil tegar.
“iyah gar ? kenapa ?” jawabnya.
“kamu pernah tidak bayangin gimana indahnya dunia ini ?” tanya tegar.
“aku pernah gar tapi itu semua Cuma khayalanku, karena aku tidak akan pernah
Mungkin bisa melihat semua keindahan ini” jawab neysa.
“kamu jangan bilang gitu dong nes, aku jadi nda enak udah nanyain itu ke
kamu”
“ih gpp kali gar emang kenyataan kan aku buta sejak lahir tidak pernah bisa
Melihat keindahan dunia sejak kecil” jawab neysa dengan suara sedikit
Tersendat karena ingin menangis.
“neysa kamu gpp ? jangan nangis dong, aku yakin kog suatu saat kamu pasti
juga bisa ngliat semua keindahan ini” seraya membelai rambut neysa.
“makasih ya gar, aku yakin aku pasti bisa kog” jawabnya seraya meyakinkan
Diri.
“udah mau malam nie nes kita pulang yuk ? aku juga udah selesae nglukis
senjanya tadi” ajak tegar.
“yaudah yuk” jawabnya.
Akhirnya mereka berdua pun meninggalkan pelabuhan itu karena hari sudah mulai larut. Mereka terbiasa seperti itu setiap hari, tegar memang hobi melukis dari dulu, dia bercita cita ingin menjadi seorang pelukis. Setiap lukisannya yang sudah selesai selalu ia berikan kepada neysa, agar suatu saat jika dia dapat melihat dia dapat menilai betapa indahnya lukisan tegar. Tahun demi tahun berlalu mereka semakin akrab, dan mereka semakin dekat, ternyata mereka memiliki perasaan saling suka. Namun tidak ada satupun dari mereka berani menyatakannya, karena mungkin persahabatan akan jauh lebih kekal daripada sekedar berpacaran. Namun dalam hatinya neysa dia selalu bertanya tanya, apakah tegar juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun nesya tak pernah berani bertanya itu langsung karena dia takut jika itu akan merusak persahabatan mereka.
Pernah suatu hari mereka bertemu dan mereka saling membuat janji, “suatu saat nanti kalau aku sudah bisa melihat nanti, aku ingin orang yang pertama kali aku lihat adalah kamu ya gar ?” kata neysa. “hahaha masa aku sih nes ? emang tidak ada orang yang lebih berarti buat kamu selain aku ?” jawab tegar dengan nada bercanda. “aku serius tegar !” “iya iya aku percaya nes, kalo emang itu kemauan kamu aku Cuma nurut saja” jawab tegar. “janji ya kamu bakal selalu ada di sisi aku sampai aku bisa melihat nanti ?” “iya nes aku janji aku bakal coba buat selalu ada disisi kamu sampai waktu yang misahin kita nantinya.” “makasih tegar, kamu emang sahabat aku buat selamanya” jawab neysa.
Tanpa sadar waktu semakin cepat berlalu akhirnya mereka berdua telah menginjak usia remaja 17 tahun. Mereka semakin akrab namun mereka tak pernah berani untuk membuat hubungan yang lebih dari sekedar persahabatan. Hingga suatu hari di setiap malam neysa selalu bermimpi hal yang sama, dia dapat melihat di mimpinya itu, dia mampu berlari lari di taman dan merasakan keindahan dunia.
Namun di mimpi itu setiap dia mencari cari tegar dia tak pernah ada, dia selalu menghilang setiap dia melihat dan mencoba mendekatinya. Dia takut seperti akan kehilangan sahabatnya, namun dibalik ketakutannnya dia juga merasa senang karena bisa melihat keindahan dunia. Akhirnya hari demi hari berlalu neysa sudah tak bisa menahan perasaannya ke tegar akhirnya dia mencoba menyatakan perasaannya ke tegar. “gar kita jalan jalan yuk liat matahari terbenam ?” ajak neysa. “yaudah ayok, sekarang ?” “iya lah sekarang !” sahut neysa dengan nada sedikit marah. “hahaha maav maav jangan marah dong nes, kan aku Cuma bercanda” jawab tegar seraya menggoda neysa. Akhirnya mereka pun berjalan ke pelabuhan pukul 5 sore, saat itu matahari sedang terlihat sangat cerah yang menandakan sunset akan sangat indah. Setelah sampai dipelabuhan mereka duduk dan bercengkrama di pelabuhan dengan suasana indahnya senja saat itu.
Akhirnya neysa mulai membuka percakapan.
“gar” panggil neysa.
“iyah nes knpa ? jawabnya.
“aku mau ngomong sesuatu ama kamu boleh ?”
“ngomong apa sii ? ngomong tinggal ngomong juga, hahaha” sedikit bercanda.
“aku serius gar !”
“ohh iya iya tuan putri sekarang serius” dengan wajah dibuat buat serius.
“aku mau ngomong tapi kamu jangan marah ya ?”
“iya nes aku tidak akan marah kog”
“sebenernya aku suka sama kamu gar, aku pingin kamu jadi pacar aku. Mau ga
?” tanya neysa sedikit gugup.
“maav nes bukan maksud aku tidak mau, aku rasa kita sahabat ajja udah cukup,
buat aku sahabat jauh lebih abadi daripada pacaran” jawab tegar.
“yasudahlah kalo emang kemauan kamu seperti itu, aku terima gar” dengan
nada tersekat seperti menahan air mata.
“nes maav jangan sedih apalagi marah ama aku ya ?” sambil memegang tangan
Neysa.
“iya gar gpp kog, kita pulang yuk udah malem nie” ajak neysa.
“yaudah yuk” seraya berdiri dan menuntun neysa.
Sejak saat itu sebenarnya neysa merasakan sakit hati, sesampainya dia dirumah dia langsung mengurung diri kekamarnya. Semenjak kejadian itu hubungannya dengan tegar seperti semakin renggang, neysa selalu mencari alasan jika tegar mengajaknya bermain. Hingga suatu hari neysa bermimpi tentang mimpi itu lagi setelah lama tidak bermimpi, di mimpinya dia bertemu dengan seorang lelaki sebayanya. Dia sangat tampan dan memiliki mata yang indah, dia berkata kepada neysa “kelak kau akan dapat melihat indahnya dunia” neysa menjawab “tapi kapan ? aku sudah bosan dengan kehidupan nyata, aku ingin terus bermimpi saja agar aku dapat selalu melihat keindahan dunia.” Lelaki itu tidak menjawab dan langusung menghilang, neysa pun terbangun kaget. “huh ternyata Cuma mimpi, tidak bisa dipercaya” keluh neysa. Sudah beberapa hari ini dia tidak bertemu tegar, karena dia menjauh dari tegar sejak kejadian itu.
Pada suatu hari datang kabar gembira untuk neysa dari kedua orang tua angkatnya atau orang tua tegar tepatnya. Mereka berkata ada orang baik hati yang mau menyumbangkan matanya untuk neysa, neysa melonjak kegirangan sangat senang. Dia mencoba mencari tegar dengan terus memanggil manggil namanya. Akhirnya dia menemukan tegar, ternyata dia sedak duduk di sebuah perahu dan membawa alat lukisnya. Neysa menceritakan kabar itu kepada tegar, tegar ikut senang mendengarnya namun dia hanya tersenyum kecil kepada neysa. Tegar berkata kepada neysa “nes aku mau menjadikan kamu model lukisanku boleh ?” “boleh kog, aku mau” jawabnya “yaudah kamu disana nes ntar aku lukis kamu, kan bentar lagi kamu bisa melihat” kata tegar.
Akhirnya lukisan itu pun jadi dan dibawa oleh neysa ke rumah sakit saat akan operasi pendonoran mata, karena dia berjanji saat dia bisa melihat yang akan pertama dia lihat adalah tegar dan lukisan itu. Setelah beberapa lama dirumah sakit untuk operasi itu, akhirnya operasi pendonoran mata pun berhasil, neysa senang sekali bisa melihat indahnya dunia lagi. Dia langsung lari keluar rumah sakit dan mencoba mencari cari tegar, namun nihil dia tidak menemukannya dimanapun.
Akhirnya dia bertanya kepada kedua orang tuanya, orang tua mereka terlihat ikut senang namun dihiasi dengan wajah sedih. Neysa bertanya “ayah ibu kenapa sedih ?” “ibu gpp nak ibu Cuma nangis terharu melihat kamu bisa melihat lagi” “tegar kemana bu ? kog aku tidak melihat dia daritadi ?” “coba kamu cari kerumah nak mungkin dia disana” “makasih bu, neysa pulang duluan iya”. Akhirnya neysa pun pulang duluan kerumah, namun dia mencari cari tegar tetap tidak ditemukan, dia bingung mau mencari kemana. Dia mencoba masuk kamar tegar dan dia menemukan sepucuk surat tergeletak di mejanya, neysa mengambil surat itu dan dibawanya keluar. Karena takut ketahuan tegar dan dia marah kepada neysa karena surat itu, ternyata surat itu memang ditujuan untuk neysa. Perlahan neysa membuka surat itu dan mulai membacanya sekata demi sekata dan mencoba memahami isi kalimat itu, surat itu seperti ini :
“dear neysa, Makasih ya buat semua yang udah kamu lakuin selama ini buat aku, makasih udah mau nemenin aku selama ini, makasih juga udah mau nyatain perasaan kamu ke aku. Aku jujur seneng banget waktu denger kalimat itu dari kamu, namun aku tidak mungkin bisa menerima kamu. Bukan karena aku tidak sayang cinta aku suka juga sama kamu, namun karena aku tidak mau kamu menyesal setelah menjadi pacar ku nanti. Maav sebelumnya aku tidak pernah bercerita ke kamu tentang penyakit jantung ku ini, aku sudah lama mengidap penyakit ini.
Aku juga tidak pernah tahu apa penyebabnya, namun jujur saat aku pertama mendengar dari orang tua ku, aku merasa sangat kaget dan sebisa mungkin aku akan merahasiakan penyakit ini dari siapapun termasuk kamu. Bukan maksud ku tidak mau terbuka namun aku tidak mau membuat kamu khawatir kepadaku dan gentian merawatku, aku tidak mau dikasihani oleh siapapun termasuk kamu.
Biarkan aku yang menjaga kamu sampai kamu bisa melihat seperti janji aku, sampai waktu yang misahin kita. Mungkin saat kamu baca ini aku udah tidak akan ada di sisi kamu lagi buat nemenin, nuntun, dan ngelihat canda tawa senyum kamu. Karena aku mungkin sudah kembali ke pangkuan-Nya, aku seneng banget bisa ngelihat senyuman kamu yang terakhir saat aku ngelukis kamu tadi. Sekarang kamu sudah bisa melihat sudah tidak perlu aku lagi, semoga kamu bahagia ya dengan mataku pemberian ku itu.
Karena lebih baik mataku ini aku berikan ke kamu agar kamu bisa bahagia di dunia ini melihat keindahannya seperti orang orang normal lainnya. Maav aku harus pergi duluan, maav aku tidak bisa jaga janji aku yang buat selalu jagain kamu dan nemenin kamu. Aku sayang kamu nes aku sayang kamu jauh melebihi apa pun, semoga kamu bahagia ya di dunia tanpa aku. Aku juga pasti bahagia disini, kamu jangan terlalu sedih kehilangan aku karena aku juga pasti sedih ninggalin kamu. Makasih udah mau jadi sahabat sejati aku, selamanya aku tidak akan pernah melupakan kamu sampai kapanpun. Selamat tinggal sahabat ku.”
Setelah selesai membaca tiba tiba saja air mata neysa mengalir membasahi pipinya begitu saja, neysa sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Dia terlalu menyesal dan bingung harus berkata apa, dia baru sadar ternyata matanya ini adalah pemberian dari tegar sebelum dia meninggal. Ternyata tegar meninggal bersamaan dengan selesainya pendonoran mata itu kepada neysa, namun tegar merahasiakan itu kepada neysa melalui kedua orang tuanya.
Kedua orang tuanya sengaja tidak mengatakannnya agar neysa tahu dengan sendirinya, akhirnya neysa langsung berlari menuju rumah sakit dan mencari tegar. Orang tuanya telah menantinya disana dan berkata kepada neysa “apa kau sudah menemukan tegar nak ?” dengan suara sesenggukan karena sambil menangis. “sudah bu, tegar disini kan ? ijinkan saya melihat dia buat yang terakhir kali bu” mohon neysa. “baiklah kita bersama melihatnya dan memakamkannya nanti” ajak ibu. “iya bu” jawab neysa, akhirnya mereka pun memakamkan tegar di pemakaman dekat rumah mereka. Setelah semua orang pergi neysa tetap tinggal di depan gundukan tanah itu tempat tegar beristirahat untuk selamanya, neysa tertegun memandangi gundukan tanah itu. Dia tidak menyangka sahabatnya akan meninggalkannya secepat ini, neysa belum siap untuk ditinggalkannya saat ini.
Karena dia masih membutuhkannya untuk menjadi sahabatnya yang selalu menemaninya selama ini, dalam hati neysa berdoa dan berkata “selamat tinggal sahabat ku, terima kasih untuk semua yang kau berikan kepadaku dan terima kasih untuk mata yang telah kau berikan untuk ku. Aku tidak menyangka mata ini adalah pemberian dari kamu, aku janji akan menjaga mata ini dengan baik, terima kasih untuk sahabat ku. Buat ku kau adalah malaikat tak bersayap yang selalu ada di sisiku sampai saat terakhir kau menghembuskan nafas terakhirmu. Aku akan selalu sayang kamu aku juga akan selalu mengingat nama kamu dalam hidup ku sampai kapan pun, karena kamu sudah menjadi bagian dalam hidupku”. Sesaat setelah dia berkata dalam hati dia seperti melihat bayangan tegar tersenyum untuk neysa terakhir kalinya, neysa pun tersenyum balik dan sesaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar