posted by: Dunia Andromeda
SEBAGAI pengusaha yang kerap bepergian sekaligus Muslim
yang taat, Abdalhamid Evans selalu menghadapi masalah sama saat dia
harus terbang melintasi zona waktu di ketinggian beberapa ribu meter.
Masalah yang dihadapi Evans dan kemungkinan besar umat Islam lainnya
adalah saat yang tepat untuk melaksanakan shalat saat dalam penerbangan
lintas wilayah.
Umat Islam diwajibkan menjalankan shalat lima kali dalam sehari
dalam waktu-waktu yang ditentukan. Namun menjalankan kewajiban itu
menjadi rumit jika sedang dalam perjalanan udara melewati beberapa zona
waktu.
"Saya biasanya tidak menjalankan shalat di atas pesawat terbang,"
kata Evans, pendiri situs yang menyediakan informasi tentang industri
halal dunia.
"Belakangan saya berfikir mungkin sebaiknya kami melakukan shalat di
atas pesawat ketimbang saat tiba di tempat tujuan," kata warga Inggris
itu.
Kini problem yang dihadapi Evans dan ribuan umat Islam lainnya yang
kerap bepergian melintasi zona waktu terpecahkan setelah sebuah alat
yang dinamakan Penghitung Waktu Shalat Pelawat Udara.
Alat ini dikembangkan perusahaan asal Singapura, Crescentrating,
sebuah perusahaan yang biasa memberikan peringkat halal kepada hotel.
Diluncurkan awal bulan ini, perangkat online ini menyediakan
data seperti waktu shalat di negara asal, kota tujuan, dan negara yang
sedang dilintasi penerbangan.
Alat ini kemudian menggunakan algoritma untuk menghitung waktu yang
tepat bagi seorang penumpang Muslim untuk menjalankan shalat selama
penerbangan berlangsung.
Program ini memungkinkan umat Islam memastikan waktu shalatnya
berdasarkan posisi mereka di darat.
"Saya sadar terjadi kebingungan di antara penumpang pesawat udara,
namun tak seorangpun memberikan solusi," kata Direktur Eksekutif
Crescentrating Fazal Bahardeen.
Cara operasionalnya gampang. Sebelum melakukan perjalanan, seorang
Muslim bisa membuka situs Crescentrating, kemudian memasukkan data
berupa bandara keberangkatan, waktu keberangkatan, dan negara tujuan.
Perangkat hitung itu kemudian secara otomatis akan menghasilkan
waktu shalat baik dalam waktu lokal di bandara keberangkatan, selama
penerbangan, hingga tiba di tempat tujuan.
Hadirnya perangkat ini mendapat sambutan positif dari umat Islam,
terutama mereka yang kerap melakukan perjalanan antarnegara.
"Alat ini sangat bermanfaat untuk penerbangan panjang," kata Wakil
Presiden Bank Islam Abu Dhabi Shiraz Shideek yang bepergian ke luar
negeri belasan kali dalam satu tahun.
"Jika pesawat yang Anda tumpangi melintasi zona waktu yang berbeda,
maka Anda akan sulit menentukan waktu shalat," tambah Shideek.
Menurut Crescentrating pada 2010 lalu, sebanyak US$10 juta
dihabiskan umat Muslim untuk bepergian antarnegara.
Jumlah ini sama dengan 10% dari jumlah biaya perjalanan global dalam
satu tahun. Dan pada 2020 diprediksi angka ini meningkat hingga 15%.
Sementara itu, Organisasi Parawisata Dunia memperkirakan jumlah
warga Arab yang bepergian ke luar negeri akan bertambah dua juta orang
pada 2020. Saat ini jumlah wisatawan dari seluruh negara-negara Arab
berjumlah 37 juta orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar