posted by: Dunia Andromeda
30
Januari 1948, seluruh India berduka. Seorang pria tiba-tiba mencegat
Gandhi yang sedang berjalan kaki menuju kuil, untuk beribadah. Pria
bernama Nathuram Godse itu membungkuk, memberi hormat.
"Saudara, Bapu (Bapak) sudah
telat," kata perempuan yang mendampingi Gandhi, kepada Godse. Tak ada
jawaban keluar dari mulut Godse, dia malah serta-merta mendorong si
pengiring dan menembakkan tiga peluru ke dada Sang Mahatma--Sang Jiwa
Besar--dengan pistol semiotomatis Baretta.
Darah muncrat dari tubuh renta
itu, Gandhi pun rebah ke tanah, dengan kata terakhir, "Hey Ram, Oh
Tuhan," terucap dari bibirnya.
Kini, 64 tahun berlalu, kenangan
akhir hidup Gandhi kembali mencuat, secara kontroversial, dari balai
lelang. Rumput dan tanah yang terciprat darah Gandhi saat tragedi itu
terjual seharga 10 ribu poundsterling atau setara Rp147 juta.
Seperti dimuat Daily Mail, 20
April 2012, adalah seseorang bernama PP Nambiar yang mengumpulkan tanah
dan rumput berdarah itu usai kejadian. Dalam surat bertanggal 24
September 1996, Nambiar menulis, "Ini adalah relik suci, bagian kecil
dari sejumput tanah yang saya kumpulkan pada 30 Januari 1948, dari titik
di mana Bapak India, Gandhi, wafat diterjang peluru pembunuhnya."
Ia menempatkan tanah dan rumput berdarah itu dalam sebuah wadah khusus.
Kotak berisi tanah dan rumput itu, yang dilengkapi dengan surat sebagai bukti otentik, terjual 10 ribu poundsterling.
Barang
peninggalan lain terjual dengan harga lebih tinggi. Misalnya, sepasang
kaca mata Gandhi yang dibeli dari Optik Gloucester ditawarkan dengan
harga 10 ribu poundsterling, tapi laku hingga 34 ribu poundsterling.
Kaca mata itu juga punya kisah.
Kala itu, Gandhi yang belajar di Inggris Raya, mendapatkan kaca mata
bulat itu saat mengunjungi temannya, sesama anggota kelompok vegetarian,
London Vegetarian Society, pada tahun 1890-an.
Kevin Bland, pengawas keuangan
di balai lelang Mullocks, mengatakan pembeli kaca mata Gandhi juga
membelanjakan uang sebesar 26.500 poundsterling untuk membeli charka
dari kayu, peralatan jahit yang selalu dibawa Gandhi saat kunjungannya
ke luar negeri, termasuk ke Konferensi Meja Bundar II di Inggris tahun
1931. Sementara itu, pembeli misterius membeli buku doa Gandhi dalam
bahasa Gujarat seharga 10.500 poundsterling di balai lelang Ludlow.
Lelang ini sebelumnya ditentang
keras keluarga dan keturunan Gandhi. Cucunya, Tushar Gandhi, menyebut
tindakan itu tak menghormati pejuang kemanusiaan itu. Pemerintah India,
yang dia kritik lamban mencegah pelelangan, pun tak kuasa berbuat apapun
untuk menghentikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar