posted by: Dunia Andromeda
Setiap manusia yang dilahirkan didunia
ini, cepat atau lambat pasti akan mengalami suatu proses berpisahnya
ruh dengan jasad. Dalam bahasa agama, proses tersebut dinamakan proses kematian. Sedangkan dalam bahasa kaum sufi, proses terbut diistilahkan dengan nama “kebangkitan ruh dari jasad”.
Mayoritas umat Islam di Indonesia sering menamakan peristiwa kematian tersebut dengan istilah “meninggal dunia”, dimana seorang yang meninggal dunia akan meninggalkan segala apa yang
dimilikinya, baik istrinya, suaminya, anaknya, orang tuanya,
kekasihnya, pekerjaannya, jabatannya, hartanya, maupun keinginan dan
cita-citanya serta rencana-rencananya dimasa depan. Dalam ajaran Islam,
proses terjadinya kematian ini juga dikategorikan sebagai kiyamat
kecil atau Qiyamat Sugro.
Kapan terjadinya dan bagaimana terjadinya proses kematian
tersebut, hanya Allah-lah yang mengetahui rahasianya, sesuai dengan firman-Nya dalam Al Qur’an :
Manusia bertanya kepadamu kapan terjadinya hari Kebangkitan (ruh dari jasad),
katakanlah :
Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kebangkitan (ruh dari jasad) itu
hanya disisi Allah. Dan tahukah kamu, boleh jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya”. (QS Al Ahzab 33 : 63)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS Luqman 31 : 34)
1.Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada
yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS An Nahl 16 : 70)
Berdasarkan ayat tersebut sangat terlihat jelas bahwa pengetahuan
tentang kapan terjadinya hari kebangkitan ruh dari jasad seseorang
(Qiyamat Sugro) hanya Allah sajalah
yang
mengetahuinya. Oleh sebab itu sebagai seorang muslim diwajibkan untuk
mempersiapkan diri baik lahir maupun batin untuk menghadapi dan
menyikapi proses kematian tersebut dengan arif dan bijaksana, bahkan
Allah telah menganjurkan agar kita selalu berdoa supaya mendapatkan
mati yang baik (husnul khotimah) :
Dan katakanlah : “Ya, Tuhanku, masukkanlah (ruhku ke dalam jasadku)
secara benar, dan keluarkanlah aku (ruhku dari jasadku) secara benar dan
berikanlah kapadaku dari sisi Engkau kekuasaan
yang menolong”. (QS Al Isra’ 17 : 80)
Dalam Al Qur’an, Allah juga menjelaskan bahwa orang-orang
yang beriman (yang sudah ma’rifatullah) akan diberitahukan tanda-tanda datangnya kematian yang akan menimpa dirinya bahkan tanda-tanda kematian itu sebenarnya dapat juga dibaca oleh saudara-saudara seimannya.
Diwajibkan atas kamu apabila seorang diantara kamu kedatangan (melihat
atau membaca) tanda-tanda kematian maka berwasiatlah kepada bapak, ibu
dan saudara-saudara dekatnya, jika ia meninggalkan harta atau
peninggalan
yang banyak. Ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa”. (QS Al Baqarah 180)2
Dan orang-orang
yang akan meninggal dunia
di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk
isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan
tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah
(sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Baqarah 2 : 240)
Dalam sebuah hadits, juga telah diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw telah mengetahui tanda-tanda kematian
yang akan menimpa diri beliau sehingga beliau berwasiat kepada umat Islam tetapi sayangnya wasiat tersebut gagal untuk dicatat oleh sahabat.
Dari Abi Sa’id Al Khudri , katanya: “ Rasulullah Saw, berkhutbah : “
Sesungguhnya Allah Swt menyuruh pilih kepada hamba-Nya antara
dunia
dan akhirat. Maka dipilihnya akhirat. Lalu Abu Bakar menangis. Aku
berkata pada diriku sendiri, “Kenapa orang tua ini menangis , jika
Allah Swt menyuruh pilih kepada salah seorang hamba-Nya antara dunia dan akhirat, lalu dipilih akhirat. Padahal yang dimaksud dengan hamba Allah itu adalah Rasulullah Saw sendiri. Sedangkan Abu Bakar adalah orang yang lebih tahu di antara kami. Sabda Rasulullah Saw : “Hai, Abu Bakar! Jangan menangis! Sesungguhnya orang yang
paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar.
Andai aku boleh memilih teman di antara umatku, maka akan kupilih Abu
Bakar. Tetapi persaudaran dan kecintaan dalam Islam cukup memadai.
Tidak satupun pintu didalam masjid yang terbuka, melainkan semuanya tertutup, kecuali pintu Abu Bakar”. (HR Bukhari)
Ibnu Abbas berkata : “Ketika nabi bertambah keras sakitnya, beliau
berkata : Bawalah kemari kertas supaya kamu dapat menuliskan sesuatu
agar kamu tidak lupa nanti”. Kata Umar bin Khathab : “Sakit Nabi
bertambah keras. Kita telah mempunyai Kitabullah, cukuplah itu!”. Para
sahabat yang hadir ketika
itu berselisih pendapat dan menyebabkan terjadinya suara gaduh.
Berkata Nabi : “Saya harap anda semua pergi! Tidak pantas anda
bertengkar di dekatku”. Ibnu Abbas lalu keluar dan berkata : Alangkah
malangnya, terhalang mencatat sesuatu dari Rasulullah”. (HR Bukhari)3
Dari hadits tersebut, terlihat bahwa sebelum Nabi Muhammad Saw wafat,
beliau sudah dibertahu oleh Allah kapan beliau akan meninggalkan dunia, bahkan beliau masih diberi kesempatan oleh Allah untuk memilih apakah tetap hidup didunia atau kembali kepada Allah, dan beliau memilih untuk kembali kepada Allah dengan meninggalkan dunia dengan segala isinya. Kemudian beliau juga hendak membacakan wasiatnya kepada umat Islam yang
akan ditinggalkannya, akan tetapi pembacaan wasiat beliau tersebut
tidak jadi dilaksanakan. Padahal isi wasiat tersebut sangat penting
sekali, yang berkaitan dengan masalah suksesi kepemimpinan jika beliau meninggal dunia.
Akibat dari gagalnya pembacaan wasiat tersebut akhirnya umat Islam
terpecah belah dalam memperebutkan jabatan Khalifah sehingga
menyebabkan tiga Khalifah terbunuh dalam perebutan jabatan tersebut. Hal
ini sudah diprediksi oleh Nabi Muhammad Saw :
Syaqiq bercerita, katanya : “Aku mendengar Hudzaifah berkata, pada suatu
hari ketika kami duduk dekat Umar. Dia berkata : “Siapakah di antara
anda semua yang masih ingat sabda Rasulullah Saw tentang fitnah ?”. Jawabku : “Aku! Aku masih ingat, tepat sebagaimana yang
beliau sabdakan”. Kata Umar : “Anda tidak sangsi? Betulkah itu?”.
Jawabku : “Fitnah (kesalahan) seorang laki-laki dalam keluarganya,
hartanya, anaknya dan tetangganya dihapuskan oleh shalat, puasa sedekah
dan oleh amar ma’ruf serta nahi mungkar”. Kata Umar : “Bukan itu yang aku maksudkan. Tetapi fitnah yang
menggelombang seperti gelombang laut”. Jawab Hudzaifah : “Ya, Amirul
Mu’mini ! Anda tidak usah gelisah mengenai hal itu. Karena antara anda
dan fitnah itu ada pintu yang
terkunci rapat”. Kata Umar : “Apakah pintu itu dipecah atau dibuka
orang?”. Jawab Hudzaifah : “Akan pecah”. Kata Umar : “Kalau sudah
pecah, tentu tak dapat dikunci lagi untuk selama-lamanya”. Kami (Syaqiq
dkk) bertanya kepada Hudzaifah : “Apakah Umar tahu pintu itu?”. Jawab
Hudzaifah : “Ya, dia tahu sebagaimana dia tahu bahwa malam ini terjadi
sebelum besok pagi. Dan aku telah menceritakan kepadanyta hadits yang
tidak mengandung kesalahan”. Kata Syaqiq : Kami takut akan bertanya
lagi kepada Hudzaifah perihal pintu itu, maka kami suruh Masruq
bertanya. Jawab Hudzaifah : “Pintu itu adalah Umar sendiri”. (HR
Bukhari)
Disinilah pentingnya sebuah wasiat yang harus diwasiatkan oleh orang yang telah melihat datangnya tanda-tanda kematian dirinya, kepada keluarga yang
akan ditinggalkannya. Terbacanya tanda-tanda kematian tergantung dari
tingkat keimanan seseorang kepada Allah Swt. Semakin tinggi tingkat
keimanan seseorang kepada Allah Swt, maka semakin jelas tanda-tanda
kematian itu terbaca olehnya. Tetapi sebaliknya, semakin rendah tingkat
keimanan seseorang kepada Allah Swt maka semakin tidak jelas bahkan
bisa jadi tidak terbaca tanda-tanda kematian yang akan datang kepadanya. Oleh sebab itu kita sebagai orang yang telah beriman diwajibkan untuk memlihara tingkat keimanan kita, agar terus berevolusi mencapai tingkat yang tak terbatas, dengan cara :4
1. Membaca ayat-ayat ketuhanan, baik dalam Al Qur’an dan Hadits maupun yang terdapat dalam buku-buku agama.
2. Berdiskusi dengan saudara-saudara seiman, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
3. Banyak berkunjung ke Baitullah untuk bertemu dengan Allah.
Apabila tiga cara tersebut dilaksanakan dengan baik Insya Allah
tanda-tanda datangnya kematian pada diri kita, dapat dibaca atau dilihat
dengan jelas satu tahun sebelum kita meninggal dunia. Bahkan proses kematian yang akan dialami oleh seorang yang sudah ma’rifatullah dapat ditangguhkan atau ditunda beberapa tahun tergantung dari keinginan orang tersebut yang
tentunya hal tersebut terkait dengan ijin Allah Swt, kekuatan jasad
dan kesucian ruhani serta bantuan doa dari saudara-saudara seimannya.
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan ijin Allah sebagai ketetapan yang tertentu waktunya. Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan dunia
niscaya Kami berikan kepadanya. Dan barang siapa menghendaki
kebahagiaan Akhirat, niscaya Kami berikan kepadanya. Dan Kami akan
memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS Ali Imran 3 : 145)
Allah memang tidak menjelaskan secara terperinci tentang tanda-tanda
datangnya proses kematian serta bagaimana rasa dan pengalaman disaat
datangnya kematian. Tetapi para ahli ma’rifatullah telah menyusun
berbagai buku dan keterangan yang
berkaitan dengan hal tersebut. Dan penyusunan buku-buku dan keterangan
tentang tanda-tanda kematian dan pengalaman mati, tentunya berdasarkan
kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw serta renungan Ilham dan
petunjuk dari Allah Swt.
Kyai Ageng Usman Efendi Nitiprayitna DW, adalah pewaris ilmu Tasawuf
generasi ke sembilan dari Sunan Kudus. Beliau adalah salah satu Ulama
Tasawuf yang berhasil menyusun tanda-tanda kematian yang bisa diketahui satu tahun sebelum seseorang meninggal dunia.
Berikut tanda-tanda kematian yang dapat dikenali satu tahun sebelum berpisahnya Roh dan Jasad (Qiamat Sugro) :
1. 12 Bulan sebelum kematian menjemput, akan mendengar suara-suara aneh yang belum pernah didengar dan suara tersebut lain dengan suara yang ada didunia.
2. 9 Bulan sebelum kematian menjemput, tiba-tiba melihat sinar matahari bersinar hitam.
3. 6 Bulan sebelum kematian menjemput, tiba-tiba melihat air berwarna
merah (kemerah-merahan). Sedangkan apai tampaknya berwarna hitam.
4. 100 Hari sebelum kematian menjemput, sekonyong-konyong di depan mata tampak seperti terbentang laut yang luas, dimana seolah-olah ada sesuatu yang berwarna putih terlentang, sehingga kelihatan mayat dipocong-pocong dan dibungkus.
5. 80 Hari sebelum kematian menjemput, apabial menopang tangan di atas
kening sendiri lengan tangan dihadapana, ia tidak akan melihat lengan
tangannya.
6. 70 Hari sebelum kematian menjemput, tidak dapat menggerakkan jari manisnya dengan leluasa sebagaimana mestinya.
7. 60 Hari sebelum kematian menjemput, tiba-tiba akan melihat bahwa matahari tampaknya seolah-olah kaca cermin yang didalamnya terdapat bayangan diri pribadi sendiri berupa wajahnya sendiri.
8. 50 Hari sebelum kematian menjemput, tiba-tiba melihat sejenis cahaya luar biasa indah gemilang, tetapi sekejap menghilang.
9. 40 Hari sebelum kematian menjemput, kuping akan berdengung terus menerus.
10. 30 Hari sebelum kematian menjemput, perasaan kadang-kadang kosong dan hampir tidak ingat apa-apa.
11. 20 Hari sebelum kematian menjemput, dimata seperti ada yang bergerak terus menerus.
12. 7 Hari sebelum kematian menjemput, langit-langit mulut apabila dijilat dengan ujung lidah tidak terasa geli.
13. 3 Hari sebelum kematian menjemput, mendengar suara gaduh dan kadang-kadang mendengar suara tangis bayi yang baru lahir.
14. 24 Jam sebelum kematian menjemput, nafas yang keluar dari hidung terasa sangat dingin, sedang lidah terasa panas. Hidung menjadi kuncup. Denyut yang ada pada kedua kaki semakin hilang dan denyut bagian dada bergetar hebat.
15. 3 Jam sebelum kematian menjemput, jalan nafas mulai berkurang,
karena sebagian nafasnya mulai berkumpul dengan suatu angan-angan untuk
dibawa pulang oleh Nur Muhammad ke hadirat Ilahi Rabbi.
Imam Ghazali rahimahullah diriwayatkan memperoleh tanda-tanda ini
sehingga beliau menyiapkan dirinya untuk menghadapi datangnya kematian.
Beliau menyiapkan dirinya dengan mandi dan berwuduk serta mengkafani
tubuhnya, kecuali bagian kepalanya. Kemudian Imam Ghozali meminta
kakaknya yaitu Imam Ahmad Ibnu Hambal untuk meneruskan mengkafani kepala
beliau. Beliau wafat ketika Imam Ahmad bersedia untuk mengkafani
bahagian mukanya.
Wahai Jiwa yang tenang
dengan ridho dan diridhoi
Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku
Dan masuklah ke dalam Nurul Jannah-Ku
(QS Al Fajr 89 : 27-30)
Kembalilah kepada Tuhanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar